Pemerintah Tiongkok memicu krisis dalam industri properti ketika meluncurkan upaya tahun lalu untuk mengekang utang yang berlebihan di antara perusahaan real estat serta spekulasi konsumen yang merajalela.
Melansir Mediaindonesia.com, Jumat, 10 Desember 2021, perusahaan-perusahaan yang memiliki utang besar untuk berkembang tiba-tiba menemukan keran dimatikan dan mulai berjuang untuk menyelesaikan proyek, membayar kontraktor, serta memenuhi pembayaran domestik dan asing.
Baca juga: Lagi, Ada Pengembang Properti Tiongkok Gagal Bayar
Raksasa real estat Evergrande menjadi perusahaan profil tertinggi yang terlibat dalam krisis. Ia berjuang selama berbulan-bulan untuk mengumpulkan modal untuk melunasi utang senilai USD300 miliar. Fitch mengonfirmasi perusahaan telah gagal bayar untuk pertama kali pada lebih dari USD1,2 miliar utang obligasi. Karenanya, Fitch menurunkan status perusahaan ke peringkat restricted default.
Fitch juga mengonfirmasi Kaisa, perusahaan properti yang lebih kecil tetapi salah satu yang paling berutang di Tiongkok, juga telah gagal membayar obligasi senilai USD400 juta. Menurut Bloomberg News, sebelum Kamis, setidaknya 10 perusahaan realestat dengan peringkat lebih rendah kini telah gagal membayar obligasi dalam negeri atau luar negeri sejak musim panas.
Sebelum Kamis, para peminjam Tiongkok telah gagal membayar obligasi luar negeri senilai USD10,2 miliar, menurut Bloomberg. Perusahaan real estat menyumbang 36 persen dari gagal bayar tersebut. (AFP)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News