"Pada tahun fiskal terakhir di 2021 kami telah menyumbang USD26 miliar untuk pendanaan iklim bagi negara-negara berkembang dan kami bekerja dengan negara-negara berkembang untuk mendukung mereka," kata Mari, dalam Talkshow Summit Y20 Jakarta, dilansir dari Antara, Rabu, 20 Jli 2022.
Dukungan yang diberikan berupa pengembangan platform dan strategi khusus tiap negara untuk melakukan pembangunan rendah karbon. Ia menyebutkan sejak Mei 2021 Bank Dunia telah mengembangkan rencana aksi untuk meningkatkan komitmen pembiayaan iklim menjadi berkisar 30 sampai 40 persen dari total pembiayaan yang disalurkan.
Sebesar 50 persen dari pembiayaan iklim tersebut akan digunakan untuk negara-negara berkembang beradaptasi dalam penerapan kebijakan pengurangan emisi karbon mereka.
Baca: Harapan IMF pada Kepemimpinan RI di G20 |
"Tapi kami tidak bisa melakukan pendanaan pengentasan perubahan iklim sendirian. Itu harus dilakukan dengan yang lain, dengan pemerintah, dengan bank pembangunan lainnya, dan yang paling penting juga penggalangan dana dari sektor swasta," katanya.
Ia memandang saat ini lembaga-lembaga keuangan juga telah memiliki komitmen untuk mencapai target nol emisi karbon, tetapi kerapkali kesulitan menyalurkan pendanaannya. Menurutnya diperlukan kebijakan terkait di mana pipa proyeknya dan pendanaan diukur untuk menunjukkan mereka betul-betul berinvestasi dalam pembangunan rendah karbon.
"Dan bukan sekadar greenwashing," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News