Ilustrasi. AFP PHOTO/Jonathan NACKSTRAND
Ilustrasi. AFP PHOTO/Jonathan NACKSTRAND

Covid-19 di India dan Jepang Meningkat, Minyak Dunia Terus Menyusut

Antara • 23 April 2021 08:14
New York: Harga minyak sedikit melemah pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB). Kekhawatiran atas produksi minyak mentah yang lebih rendah di Libya mengimbangi ekspektasi bahwa meningkatnya kasus covid-19 di India dan Jepang akan menyebabkan permintaan minyak menurun.
 
Mengutip Antara, Jumat, 23 April 2021, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni, naik tipis delapan sen atau 0,1 persen menjadi USD65,40 per barel. Sedangkan, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI), juga naik delapan sen atau 0,1 persen, menjadi USD61,43 per barel.
 
Libya mengatakan produksi minyaknya turun menjadi sekitar satu juta barel per hari dalam beberapa hari terakhir dan bisa turun lebih jauh, karena masalah anggaran.

"Pasar menyadari bahwa kembalinya permintaan minyak secara global tidak dapat datang tanpa kembalinya ekonomi-ekonomi terbesar dunia," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy.
 
Ia mencatat India sedang menyelam semakin dalam dan semakin dalam ke dalam krisis besar dengan infeksi membuat rekor baru setiap hari.
 
"Peningkatan lebih lanjut dalam jumlah kasus baru covid di India memicu keraguan tentang bagaimana permintaan di sana akan meningkat," kata Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, seraya menambahkan meningkatnya infeksi di Jepang juga menjadi perhatian.
 
"India dan Jepang termasuk di antara konsumen dan importir minyak terbesar dunia," tambahnya.
 
India, pengguna minyak terbesar ketiga di dunia, pada Kamis, 22 April, melaporkan peningkatan harian tertinggi di dunia hingga saat ini dengan 314.835 kasus baru covid-19.
 
Kilang-kilang Indian Oil Corp Ltd (IOC) beroperasi pada sekitar 95 persen dari kapasitas mereka, turun dari 100 persen pada waktu yang sama bulan lalu, dua sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters.
 
Jepang, importir minyak nomor empat dunia, diperkirakan akan mengumumkan gelombang ketiga penguncian yang memengaruhi Tokyo dan tiga prefektur barat, media melaporkan.
 
Sentimen bearish yang mendasari juga dipicu oleh kemajuan pembicaraan antara Iran dan kekuatan-kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015, kata analis minyak PVM, Tamas Varga. Analis mengatakan Iran memiliki potensi untuk menyediakan sekitar 1 juta-2 juta barel per hari (bph) tambahan pasokan minyak jika kesepakatan tercapai.
 
Setiap peningkatan pasokan dari Iran akan berada di atas barel ekstra yang sudah diperkirakan dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, yang berencana untuk mengembalikan sekitar dua juta barel per hari produksi selama tiga bulan berikutnya.
 
Anggota OPEC+ akan bertemu minggu depan, tetapi perubahan besar pada kebijakan produksi tidak mungkin terjadi, kata Wakil Perdana Menteri Rusia dan sumber OPEC+.
 
Sedangkan Bank Sentral Eropa (ECB) membiarkan kebijakannya tidak berubah seperti yang diperkirakan, menjaga aliran stimulus yang berlebihan, bahkan saat ekonomi zona euro diprediksi bangkit dalam beberapa bulan mendatang karena pembatasan pandemi dicabut.
 
Di Amerika Serikat, jumlah orang yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah 13 bulan minggu lalu. Tetapi, sementara pemulihan pasar tenaga kerja semakin cepat, bendera merah muncul di pasar perumahan dengan penjualan rumah bekas turun ke level terendah tujuh bulan pada Maret.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan