Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan Federal Reserve (bank sentral Amerika Serikat) akan menaikkan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate sebanyak tujuh kali pada 2022. Ini lebih banyak ketimbang proyeksi BI sebelumnya.
"Asesmen kami menunjukkan, semula kami perkirakan kenaikan Fed Funds Rate sebanyak lima kali tahun ini. Ada kemungkinan akan naik tujuh kali, termasuk yang sudah dilakukan," ujar Perry dalam konferensi pers usai Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI secara virtual, Kamis, 17 Maret 2022.
The Fed sudah menaikkan suku bunga sebanyak 0,25 basis poin (bps), sehingga saat ini tingkat suku bunga acuan berada di 0,25 persen sampai 0,50 persen. Kenaikan ini menjadi upaya The Fed untuk menekan inflasi di Negeri Paman Sam tersebut akibat kenaikan harga energi global.
Perry melanjutkan bahwa perkiraan kenaikan Fed Funds Rate tersebut bakal naik pada setiap pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal atau Federal Open Market Committee (FOMC) meeting untuk sisa tahun ini.
"Kita juga melihat, di Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) pun juga telah menyampaikan kemungkinan-kemungkinan akselerasi normalisasi dari kebijakan moneter," tuturnya.
Menurut dia, kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengangkat imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah AS. "Dulu yield 1,3 persen, naik 1,9 persen. Kemungkinan bisa naik 2,1 persen dan setahun lagi 2,3 persen," sebut Perry.
Ia menjelaskan bahwa saat yield obligasi Pemerintah AS mengalami kenaikan, maka secara normal akan ikut mengerek yield obligasi Pemerintah Indonesia. Adapun yield surat utang pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun saat ini sebesar 6,7 persen.
"Asesmen kami menunjukkan, semula kami perkirakan kenaikan Fed Funds Rate sebanyak lima kali tahun ini. Ada kemungkinan akan naik tujuh kali, termasuk yang sudah dilakukan," ujar Perry dalam konferensi pers usai Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI secara virtual, Kamis, 17 Maret 2022.
The Fed sudah menaikkan suku bunga sebanyak 0,25 basis poin (bps), sehingga saat ini tingkat suku bunga acuan berada di 0,25 persen sampai 0,50 persen. Kenaikan ini menjadi upaya The Fed untuk menekan inflasi di Negeri Paman Sam tersebut akibat kenaikan harga energi global.
Perry melanjutkan bahwa perkiraan kenaikan Fed Funds Rate tersebut bakal naik pada setiap pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal atau Federal Open Market Committee (FOMC) meeting untuk sisa tahun ini.
"Kita juga melihat, di Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) pun juga telah menyampaikan kemungkinan-kemungkinan akselerasi normalisasi dari kebijakan moneter," tuturnya.
Menurut dia, kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengangkat imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah AS. "Dulu yield 1,3 persen, naik 1,9 persen. Kemungkinan bisa naik 2,1 persen dan setahun lagi 2,3 persen," sebut Perry.
Ia menjelaskan bahwa saat yield obligasi Pemerintah AS mengalami kenaikan, maka secara normal akan ikut mengerek yield obligasi Pemerintah Indonesia. Adapun yield surat utang pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun saat ini sebesar 6,7 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id