Melansir laman Bank Dunia, Rabu, 10 Januari 2024, pertumbuhan perdagangan global pada 2024 diperkirakan hanya akan mencapai setengah dari rata-rata pertumbuhan perdagangan global pada dekade sebelum pandemi.
Sementara itu, biaya pinjaman untuk negara-negara berkembang, terutama yang memiliki peringkat kredit yang buruk, kemungkinan akan tetap tinggi dengan suku bunga global yang berada di level tertinggi selama empat dekade terakhir, dengan inflasi yang disesuaikan.
Pertumbuhan global diproyeksikan melambat selama tiga tahun berturut-turut dari 2,6 persen tahun lalu menjadi 2,4 persen pada 2024, atau hampir tiga perempat poin persentase di bawah rata-rata 2010.
Baca juga: Bank Dunia 'Sunat' Proyeksi Ekonomi Indonesia Jadi 4,9%, Kenapa? |
Negara berkembang hanya tumbuh 3,9%
Negara-negara berkembang diproyeksikan tumbuh hanya 3,9 persen, lebih dari satu poin persentase di bawah rata-rata dekade sebelumnya.Setelah kinerja yang mengecewakan tahun lalu, negara-negara berpenghasilan rendah akan tumbuh 5,5 persen lebih lemah dari yang diperkirakan sebelumnya.
Selanjutnya, pada akhir 2024, masyarakat di sekitar satu dari setiap empat negara berkembang dan sekitar 40 persen negara berpenghasilan rendah masih akan lebih miskin dibandingkan dengan kondisi mereka sebelum pandemi covid-19 pada 2019.
Sementara itu, di negara maju, pertumbuhan akan melambat menjadi 1,2 persen tahun ini dari 1,5 persen pada 2023.
"Pertumbuhan jangka pendek akan tetap lemah, membuat banyak negara berkembang, terutama yang paling miskin, terjebak dalam perangkap," kata Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia, Indermit Gill.
Negara-negara itu, lanjut dia akan dihadapkan dengan tingkat utang yang melumpuhkan. Hampir satu dari tiga orang akan kesulitan mengakses makanan.
"Hal ini akan menghambat kemajuan dalam berbagai prioritas global. Namun peluang masih ada untuk membalikkan keadaan," ujar dia.
Baca juga: Bank Dunia 'Sunat' Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur-Pasifik Jadi 5%, Ini Alasannya! |
Ledakan investasi di negara berkembang
Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia dan Direktur Prospects Group Ayhan Kose menambahkan, ledakan investasi berpotensi mentransformasi perekonomian negara berkembang dan membantu mereka mempercepat transisi energi, serta mencapai berbagai macam tujuan pembangunan."Untuk memicu ledakan tersebut, negara-negara berkembang perlu menerapkan paket kebijakan yang komprehensif untuk meningkatkan kerangka fiskal dan moneter, memperluas perdagangan lintas batas dan arus keuangan, meningkatkan iklim investasi, dan memperkuat kualitas institusi," jelas Ayhan Kose.
Menurut dia, ini adalah pekerjaan yang berat, namun banyak negara berkembang yang telah berhasil melakukannya.
"Melakukannya lagi akan membantu memitigasi proyeksi perlambatan pertumbuhan potensial di sisa dekade ini," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News