Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bobby Gafur Umar mengatakan tidak semua bahan baku energi seperti gas dan minyak bisa diproduksi atau jumlahnya terbatas di Indonesia.
Menurut Bob, apabila harga kedua bahan baku tersebut naik maka dapat mengganggu pertumbuhan industri dalam negeri.
"Impact langsung dari krisis di Timur Tengah itu adalah energi. Contohnya, produksi minyak kita 600 ribu barel per hari, kebutuhan energi untuk bahan bakar kita saja sudah 1,2 juta-1,5 juta barel per hari. Jadi kalau kita harus impor dan harganya naik, otomatis bisa terganggu dari pasokan harga energi yang dibutuhkan Indonesia," katanya dalam konferensi pers "Isu Strategis Apindo di Masa Transisi Politik 2024" dilansir Antara, Rabu, 11 Oktober 2023.
Baca juga: Perang Hamas-Israel Membayangi Ekonomi Dunia |
Harga BBM akan terimbas
Ia menyampaikan, kenaikan harga minyak akan berpengaruh besar pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.Selain mengganggu kesehatan keuangan pemerintah, juga dapat berimbas pada sektor industri yang membutuhkan sumber energi dari luar negeri.
Lebih lanjut, industri keramik adalah salah satu sektor yang terdampak pada konflik di Timur Tengah dan Israel. Sebab, dalam proses pembuatan keramik banyak menggunakan gas.
Selama masa pandemi covid-19, industri keramik cukup menjadi primadona dan pertumbuhannya sangat bagus. Industri tersebut juga masuk dalam kelompok penerima fasilitas Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
"Kalau ditanya langsung dampaknya, ya otomatis ada yang diimpor pemerintah, ada juga yang diimpor pelaku usaha, nah ini yang akan terkena. Tetapi untuk minyak, rata-rata untuk sumber energi. Kalau untuk gas, itu banyak untuk sumber bahan baku," jelas Bobby.
Dari sisi ekspor, Indonesia tidak terlalu banyak melakukan ekspor ke wilayah Timur Tengah dan Israel khususnya pada komoditas tekstil dan produk tekstil. Indonesia lebih banyak melakukan ekspor ke Amerika dan Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News