Mengutip Fxstreet.com, Jumat, 16 Februari 2024, indeks dolar yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang lainnya, sedikit lebih rendah pada 104,6. Angka ini tepat di bawah level tertinggi tiga bulan di 104,97 yang dicapai pada Rabu lalu.
Laporan yang dirilis Departemen Perdagangan AS menunjukkan penjualan ritel AS turun 0,8 persen pada Januari 2024 seiring merosotnya penjualan mobil dan bahan bakar minyak (BBM). Pelemahan penjualan ritel AS mencuatkan harapan segera dilakukannya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Angka harga pada Selasa menyebabkan investor mengekang ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga The Fed, sehingga memicu lonjakan imbal hasil obligasi dan dolar.
Euro sedikit lebih tinggi pada USD1,0736 sementara pound tergelincir 0,11 persen menjadi USD1,2552 setelah data menunjukkan ekonomi Inggris memasuki resesi pada 2023.
Baca juga: Jepang Resesi! Nggak Lagi Jadi Negara dengan Ekonomi Terbesar Ketiga |
Yen menguat meski ekonominya resesi
Yen menguat pada Kamis, dengan dolar turun 0,37 persen pada 150,05 yen meskipun angka produk domestik bruto (PDB) Jepang secara tak terduga melemah, yang membuat negara tersebut kehilangan gelar sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia.
Mata uang ini bertahan di bawah level terendah tiga bulan di 150,88 yang dicapai pada Selasa, sedikit terdukung setelah pejabat tinggi mata uang Jepang memperingatkan terhadap pergerakan yen yang cepat pada hari sebelumnya.
Pada Kamis, investor melihat sekitar 45 persen kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga pada Mei, menurut perkiraan pasar uang. Jumlah tersebut turun tajam dibandingkan awal Februari ketika pemotongan pada saat itu dipandang sebagai sebuah kepastian.
Adapun dolar Australia naik 0,12 persen pada USD0,65. Franc Swiss menguat sekitar 0,3 persen pada 0,8829 franc terhadap USD, setelah jatuh ke level terendah sembilan minggu awal pekan ini karena melambatnya inflasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News