Selain itu investor juga mengamati potensi dampak dari meluasnya kekurangan listrik di Tiongkok.
Masa depan Evergrande sedang diteliti secara forensik oleh investor setelah perusahaan tidak memenuhi tenggat waktu untuk melakukan pembayaran bunga kepada pemegang obligasi luar negeri.
Evergrande memiliki waktu 30 hari untuk melakukan pembayaran sebelum jatuh ke gagal bayar dan otoritas Shenzhen sekarang sedang menyelidiki unit manajemen kekayaan perusahaan.
Adapun Bank Sentral China (PBOC) dalam sebuah pernyataan menyatakan mereka akan menjaga hak-hak sah konsumen perumahan.
Sementara itu, meluasnya kekurangan listrik di Tiongkok menghentikan produksi di sejumlah pabrik termasuk pemasok untuk Apple Inc dan Tesla Inc, serta diperkirakan akan memukul sektor manufaktur negara itu dan rantai pasokan terkait.
Analis memperingatkan pemadaman yang sedang berlangsung dapat mempengaruhi saham industri yang tercatat di negara itu.
"Apa yang kita lihat di Tiongkok dengan para pengembang dan pemadaman listrik akan menjadi beban negatif di pasar kata kepala strategi pasar Asia JPMorgan Asset Management, Tai Hui dilansir Antara, Selasa, 28 September 2021.
"Kebanyakan orang mencoba mencari tahu potensi meluasnya efek dari Evergrande, seberapa jauh dan luasnya. Kami terus memantau respons kebijakan dan kami mulai melihat beberapa pergeseran ke arah mendukung pembeli rumah seperti yang kami harapkan," imbuhnya.
Pada awal perdagangan Selasa, indeks acuan S&P/ASX200 Australia turun hampir 1,0 persen, sementara indeks Nikkei Jepang turun 0,6 persen.
Indeks saham unggulan CSI300 di Tiongkok naik tipis 0,1 persen pada pembukaan, dan indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,44 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News