Kepala Ekonom Bank Swiss James Sweeney memperkirakan inflasi AS bisa mencapai 2,2 persen hingga 2,3 persen pada 2020. Sedangkan angka-angka terbaru oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa indeks harga konsumen meningkat 1,5 persen dari tahun lalu di Februari.
The Fed pekan lalu mempertahankan suku bunga acuannya dan mengindikasikan bahwa the Fed mungkin tidak menaikkan suku bunga acuan sama sekali di tahun ini. Bank sentral juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi dan inflasi AS, mengutip kekhawatiran tentang ekonomi Tiongkok dan Eropa yang lebih lemah.
"Tetapi ada kemungkinan bahwa ekonomi AS -yang terbesar di dunia- dapat mengatasi risiko tersebut. Stimulus lebih lanjut oleh the Fed -jika pertumbuhan global meningkat dan AS baik-baik saja- kemungkinan akan menyebabkan beberapa angka inflasi yang sangat tinggi," kata Sweeney, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 30 Maret 2019.
Sweeney tidak memungkiri ada tanda-tanda tingkat inflasi di AS meningkat di segmen tertentu dalam industri jasa, meskipun kenaikan keseluruhan harga konsumen tetap di bawah target dua persen the Fed. Perkembangan seperti itu dapat mendorong Fed untuk melanjutkan penaikan suku bunga, yang akan merugikan pasar dan ekonomi jika investor tidak siap.
"Kombinasi erosi marjin untuk bisnis, melalui kenaikan biaya upah, dan potensi pengetatan kondisi keuangan yang tiba-tiba di beberapa titik, jika inflasi meningkat, sebenarnya merupakan ancaman besar. Saya berpendapat memang ada ancaman yang lebih besar daripada kebisingan manufaktur yang kami miliki di belakang kami," tukasnya.
Aktivitas manufaktur di ekonomi utama seperti AS, Tiongkok, dan Jerman telah melambat dalam beberapa bulan terakhir. Itu menambah kekhawatiran bahwa ekonomi global sedang menuju resesi. Tentu semua pihak diharapkan bisa bekerja sama agar resesi tersebut tidak terjadi.
Sementara itu, menurut NABE Outlook Survey Maret 2019, pertumbuhan ekonomi AS, yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) riil, diproyeksikan melambat menjadi 2,4 persen pada 2019 dan semakin melambat menjadi 2,0 persen pada 2020.
Perkiraan untuk pertumbuhan 2018 setahun penuh adalah 2,9 persen, dan survei NABE Desember memproyeksikan bahwa pertumbuhan 2019 akan menjadi 2,7 persen. Survei terbaru, di mana total 55 peramal profesional disurvei, dilakukan antara 22 Februari hingga 7 Maret.
"Panel telah berubah kurang optimistis tentang prospek sejak survei sebelumnya, karena tiga perempat responden melihat risiko-risiko miring ke sisi penurunan, dan hanya enam persen yang menganggap risiko-risiko ke sisi kenaikan," kata Presiden NABE Kevin Swift.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News