Presiden Bank Dunia David Malpass pun mendesak negara-negara berpenghasilan rendah tersebut mengurangi beban utangnya serta melakukan restrukturisasi.
"Kami membutuhkan pendekatan komprehensif untuk masalah utang, termasuk pengurangan utang, restrukturisasi yang lebih cepat dan transparansi yang lebih baik," kata Malpass, Selasa, 12 Oktober 2021.
Ia menyebut setengah dari negara-negara termiskin di dunia berada dalam kesulitan utang luar negeri dan berisiko tinggi. Karena itu, tingkat utang yang berkelanjutan diperlukan untuk membantu negara-negara tersebut mencapai pemulihan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
Jika utang luar negeri negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah digabungkan akan naik 5,3 persen pada 2020 menjadi USD8,7 triliun. Hal ini akan memengaruhi ekonomi semua negara di dunia.
Bahkan kenaikan utang luar negeri ini sudah melampaui pendapatan nasional bruto (Gross National Income) dan pertumbuhan ekspor. Karena itu, upaya restrukturisasi utang sangat dibutuhkan mengingat berakhirnya Inisiatif Penangguhan Layanan Utang (DSSI) Kelompok G20 pada akhir tahun ini.
"Pembekuan pembayaran utang lebih lanjut dapat dimasukkan sebagai bagian dari restrukturisasi utang Kerangka Kerja Umum, tetapi lebih banyak pekerjaan juga diperlukan untuk meningkatkan partisipasi kreditur sektor swasta, yang sejauh ini enggan untuk terlibat," terangnya.
Kepala Ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart menambahkan tantangan yang dihadapi negara-negara berutang tinggi bisa menjadi lebih buruk karena suku bunga naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News