Produksi manufaktur AS terpukul karena kekurangan semikonduktor global sehingga menekan produksi kendaraan bermotor. Gangguan pasokan ini menambah kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi dan menambah ekspektasi bahwa bank sentral AS akan bertindak untuk mengatasi kenaikan harga.
Mengutip Antara, Selasa, 19 Oktober 2021, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya menysut 0,02 persen menjadi 93,95. Indeks sebelumnya mencapai 94,17 karena imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat.
Dolar Selandia Baru malah naik setelah data menunjukkan bahwa negara itu menghadapi tekanan harga tertinggi dalam satu dekade. Mata uang Kiwi ini terakhir dikutip USD0,7081 setelah sebelumnya naik ke tertinggi satu bulan di USD0,7105.
Poundsterling pun sempat mencapai level tertinggi 20 bulan terhadap euro setelah Gubernur bank sentrak Inggris, Bank of England (BoE), Andrew Bailey mengirim sinyal baru bahwa bank sentral bersiap untuk menaikkan suku bunga karena risiko inflasi meningkat.
Euro terakhir naik 0,24 persen terhadap pound Inggris di 0,8455, setelah sebelumnya jatuh ke serendah 0,8427. Euro juga menguat 0,11 persen menjadi USD1,1610 setelah sebelumnya turun menjadi USD1,1570. Yen mendekati level terendah baru tiga tahun, dengan dolar bertahan naik 0,01 persen pada 114,27 yen.
Analis di Bank of America mencatat bahwa mata uang terkait komoditas, termasuk krona Norwegia serta dolar Kanada dan Australia, telah menjadi pemain terbaik sejak musim panas karena harga-harga energi naik. Sementara euro dan yen adalah yang terburuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News