"Kita tetap harus waspada karena ini akan berlangsung sampai tahun depan. Risiko global mengenai inflasi dan resesi atau stagflasi sangat riil dan akan menjadi salah satu topik pembahasan kita," kata dia dalam konferensi pers di Nusa Dua Bali, Rabu, 13 Juli 2022.
Sri Mulyani menyebut, seluruh dunia saat ini tengah menghadapi konsekuensi dari masalah geopolitik dalam bentuk kenaikan harga pangan dan energi. Padahal inflasi juga sebelumnya sudah mengalami kenaikan sebagai dampak distribusi rantai pasok pascapandemi covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: dok MI/Moh Irfan
Sri Mulyani mengatakan, Indonesia dianggap memiliki ketahanan yang cukup baik didukung indikator neraca pembayaran, APBN, ketahanan dan juga dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga yang relatif dalam situasi lebih baik.
"Ini tidak berarti kita terlena. Kita tetap waspada namun message-nya adalah kita tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan kita. Apakah itu fiskal policy, monetary policy, OJK di finance sektor dan juga regulasi yang lain untuk memonitor terutama potensi exposure dari korporasi Indonesia," pungkas dia.
Baca: Ekonomi Indonesia Masih Lebih Baik di Tengah Ancaman Resesi Global |
Daftar 15 negara berpotensi resesi ekonomi
Bloomberg merilis sebuah survei tentang negara yang berpotensi mengalami resesi ekonomi. Sri Lanka menempati posisi pertama dengan potensi resesi dengan presentase 85 persen. Sementara, Indonesia menduduki peringkat 14.Berikut 15 negara berpotensi resesi ekonomi:
- Sri Lanka: 85 persen
- Selandia Baru: 33 persen
- Korea Selatan: 25 persen
- Jepang: 25 persen
- China: 20 persen
- Hongkong: 20 persen
- Australia: 20 persen
- Taiwan: 20 persen
- Pakistan: 20 persen
- Malaysia: 13 persen
- Vietnam: 10 persen
- Thailand: 10 persen
- Filipina: 8 persen
- Indonesia: 3 persen
- India: 2 persen
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News