Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda menekankan perlunya menjaga kebijakan moneter sangat longgar di masa mendatang lantaran pemulihan ekonomi Jepang masih rapuh. Selain itu, perlu dilakukan karena ada pertumbuhan upah yang tidak cukup cepat untuk membuat inflasi baru-baru ini berkelanjutan.
"Sama sekali tidak ada perubahan pada sikap kami untuk mempertahankan kebijakan moneter yang mudah untuk saat ini. Kami tidak akan menaikkan suku bunga untuk beberapa waktu," kata Kuroda, dilansir dari The Business Times, Rabu, 28 September 2022.
Keputusan BoJ datang usai Federal Reserve AS memutuskan untuk menaikkan suku bunga ketiga berturut-turut sebesar 75 basis poin. Kemudian, mengisyaratkan lebih banyak kenaikan suku bunga yang artinya menggarisbawahi tekadnya untuk tidak menyerah dalam pertempuran melawan inflasi.
Baca: Habis dari Amerika, Luhut Minta Indonesia Bersiap Hadapi Badai Krisis Dunia |
Divergensi kebijakan mendorong yen ke level terendah baru 24 tahun dan melewati level 145 yang diawasi ketat ke level dolar. Kondisi itu menyoroti dilema yang dihadapi Tokyo dalam mencoba mendukung ekonomi yang goyah dengan suku bunga ultra-rendah tanpa mempercepat penurunan yen yang tidak diinginkan yang meningkatkan biaya impor.
Tak lama setelah keputusan itu, diplomat mata uang utama Jepang mengatakan, pihak berwenang tidak akan menolerir ayunan berlebihan dalam yen, peringatan yang datang seminggu setelah pejabat menyampaikan indikasi tegas bahwa mereka akan campur tangan di pasar jika diperlukan.
"BoJ menyadari bahwa pengumuman seperti ini pasti akan mendorong pelemahan yen melampaui 145 per dolar. Jelas 145 yen bukan garis-garis di pasir Kuroda," pungkas Ekonom Sumitomo Life Insurance Hiroaki Muto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News