Tingkat inflasi Inggris melonjak menjadi 1,5 persen pada April dari 0,7 persen pada Maret, karena campuran dari harga minyak yang lebih tinggi, kenaikan tagihan energi rumah tangga yang diatur, dan perbandingan terhadap harga yang lemah setahun lalu selama pandemi.
"Perkembangan sementara ini seharusnya memiliki sedikit implikasi langsung terhadap inflasi dalam jangka menengah," kata Bailey, dalam laporan tahunan kepada Komite Keuangan parlemen, dilansir dari Channel News Asia, Sabtu, 29 Mei 2021.
Bailey menggambarkan ekspektasi inflasi publik sebagai 'berlabuh dengan baik'. BoE memperkirakan bulan ini bahwa inflasi harga konsumen akan naik di atas target dua persen menjadi 2,5 persen pada akhir tahun ini, sebelum turun perlahan.
Namun, Bailey mengatakan kepada legislator bahwa bank sentral perlu memikirkan kembali jika ada tanda-tanda tekanan harga semakin meluas. "Kami harus melihat isi perut bukti inflasi dengan sangat hati-hati mulai sekarang dan seterusnya," ucapnya.
Kepala Ekonom BoE Andy Haldane -yang memilih bulan ini untuk membatasi program pembelian obligasi bank sentral- memperingatkan agar tidak mengambil kebijakan terlalu lama.
"Situasi yang perlu kita hindari seperti wabah adalah di mana ekspektasi inflasi menyesuaikan sebelum kita melakukannya, atau di mana kita menunggu bukti positif bahwa efek pada inflasi tidak bersifat sementara sebelum bertindak," tuturnya.
Michael Saunders, anggota eksternal dari Komite Kebijakan Moneter BoE yang muncul di hadapan komite yang sama, juga mengatakan tekanan rantai pasokan yang saat ini mendorong harga naik di seluruh dunia tidak mengarah pada lonjakan inflasi jangka panjang di Inggris.
"Ini kemungkinan akan terus dibatasi untuk beberapa waktu oleh kapasitas cadangan di pasar tenaga kerja, dengan pertumbuhan upah yang relatif lemah dan inflasi sektor jasa yang terkendali," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News