Mengutip Antara, Kamis, 4 Agustus 2022, aliansi minyak memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 100 ribu barel per hari (bph) untuk September, menurut pernyataan OPEC yang dirilis setelah Pertemuan Tingkat Menteri OPEC dan nonOPEC ke-31.
Pertemuan itu mencatat fundamental pasar minyak yang dinamis dan berkembang pesat serta ketersediaan yang sangat terbatas dari kapasitas cadangan karena kurangnya investasi jangka panjang di sektor minyak, kata pernyataan itu.
OPEC+ memperingatkan bahwa investasi yang tidak mencukupi ke sektor hulu industri minyak akan berdampak pada ketersediaan pasokan yang memadai pada waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan yang meningkat setelah 2023.
Baca: Jokowi Jaga Subsidi Energi Dinilai Sejalan dengan Amanah Konstitusi |
Keputusan aliansi datang karena harga minyak mentah tetap tinggi di tengah berlanjutnya pasokan yang ketat dan ketegangan geopolitik.
Meskipun minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dan Brent telah turun di tengah kekhawatiran resesi sejak pertemuan tingkat menteri OPEC+ terakhir pada akhir Juni, kedua tolok ukur tersebut masih berada di sekitar 100 dolar AS per barel dalam beberapa pekan terakhir, terus mendorong inflasi di banyak negara.
OPEC+ memangkas produksi minyak secara besar-besaran pada 2020 ketika pandemi covid-19 menekan permintaan. Sejak Juli 2021, grup tersebut telah mengurangi pemotongan produksi dengan meningkatkan produksi sebesar 400 ribu menjadi 648 ribu barel per hari setiap bulan.
Secara teori, total produksi aliansi seharusnya telah kembali ke tingkat pra-pandemi pada akhir Agustus, tetapi beberapa anggotanya dilaporkan telah berjuang untuk memenuhi kuota mereka. Laporan bulanan terbaru OPEC menunjukkan Angola dan Nigeria turun secara signifikan di belakang target produksi mereka pada bulan Juni.
OPEC+ sejauh ini telah menahan tekanan dari Amerika Serikat dan konsumen minyak utama lainnya, yang selama berbulan-bulan telah menekan kelompok tersebut untuk membuka keran lebih lebar guna menjinakkan harga minyak mentah yang melambung tinggi dan inflasi yang melonjak.
Presiden AS Joe Biden mengunjungi Arab Saudi pada pertengahan Juli dalam upaya untuk mendesak pemimpin de facto OPEC untuk memompa lebih banyak minyak, tetapi Riyadh telah berulang kali menekankan komitmennya pada aliansi OPEC+. Pertemuan tingkat menteri OPEC+ berikutnya akan diadakan pada 5 September.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News