“Kami memiliki tantangan di banyak negara emerging markets dan negara berkembang bahkan sebelum pandemi, pertumbuhan mulai melambat sekitar 2015,” katanya, Selasa, 12 Oktober 2021.
Bank Dunia pun berharap dapat menggalang dana sebesar USD100 miliar untuk dana Asosiasi Pembangunan Internasional bagi negara-negara miskin guna mengurangi kesenjangan yang besar dengan negara berkembang dan maju.
"Kesenjangan pertumbuhan antara negara-negara maju dan negara berkembang semakin memburuk," tambah dia.
Bank Dunia sebelumnya mencatat utang negara-negara miskin melonjak drastis hingga 12 persen menembus rekor USD860 miliar atau menjadi Rp12.209 triliun (kurs Rp14.197 per USD) pada 2020 akibat pandemi covid-19.
Presiden Bank Dunia David Malpass pun mendesak negara-negara berpenghasilan rendah tersebut mengurangi beban utangnya serta melakukan restrukturisasi.
Ia menyebut setengah dari negara-negara termiskin di dunia berada dalam kesulitan utang luar negeri dan berisiko tinggi. Jika utang luar negeri negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah digabungkan akan naik 5,3 persen pada 2020 menjadi USD8,7 triliun.
Hal ini memengaruhi negara-negara di semua kawasan. Bahkan kenaikan utang luar negeri ini sudah melampaui pendapatan nasional bruto (Gross National Income) dan pertumbuhan ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News