Mengutip Channel News Asia, Rabu, 24 November 2021, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal OPEC+, sedang membuka rekor pembatasan pasokan yang dibuat pada 2020 ketika permintaan melemah. Akan tetapi tidak cukup cepat untuk Washington yang mengkhawatirkan harga mendekati level tertinggi tiga tahun.
OPEC+, yang dipimpin Rusia, telah menahan tekanan untuk kenaikan yang lebih cepat dan tetap pada rencananya untuk secara bertahap meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari (bph) setiap bulan sejak Agustus. OPEC+ khawatir peningkatan yang lebih cepat akan menyebabkan kelebihan pada 2022.
Namun OPEC+ bahkan tidak dapat mencapai tujuan tersebut. Produksi oleh OPEC+ adalah 700 ribu barel per hari, kurang dari yang direncanakan pada September dan Oktober, menurut Badan Energi Internasional (IEA). Kondisi itu meningkatkan prospek pasar yang ketat dan harga minyak yang tinggi lebih lama.
Di masa lalu, produsen OPEC yang lebih kecil di Afrika dan bahkan beberapa yang lebih besar di Teluk diperkirakan melebihi kuota yang ditetapkan oleh OPEC ketika mereka membutuhkan uang ekstra, biasanya ketika harga minyak rendah.
Tetapi jatuhnya investasi dalam produksi yang disebabkan oleh pandemi dan tekanan lingkungan pada perusahaan minyak utama, terutama di negara-negara OPEC yang lebih miskin, berarti hanya tiga anggota OPEC -Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Irak- yang memiliki kapasitas ekstra untuk meningkatkan pasokan dengan relatif cepat.
"Data terbaru mendukung harapan lama kami bahwa semakin banyak anggota yang kehabisan kapasitas cadangan," tulis Konsultan Energy Aspects dalam sebuah catatan.
Donald Trump
Di bawah Presiden AS Donald Trump, Washington telah menekan OPEC+ untuk memangkas produksi pada 2020 ketika harga merosot dan mengancam akan menghancurkan industri minyak AS. Kelompok itu setuju untuk memotong sekitar 10 juta barel per hari, atau rekor 10 persen dari pasokan global.Karena permintaan telah pulih lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang, Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berulang kali menekan OPEC+ untuk pasokan lebih banyak, khawatir harga minyak mentah yang tinggi -Brent naik lebih dari 50 persen sepanjang tahun ini- dapat menghambat pemulihan global.
"OPEC+ tetap tuli terhadap tekanan politik untuk mempercepat peningkatan pasokan," pungkas Energy Aspects.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News