Rehn mengatakan laju normalisasi kebijakan moneter longgar ECB di masa depan bergantung pada data ekonomi. "Secara pribadi, saya berharap data ekonomi tetap relatif baik meskipun dipengaruhi oleh varian Omicron," kata Rehn, dilansir dari The Business Times, Rabu, 26 Januari 2022.
Ia memandang kenaikan suku bunga pada 2023 sebagai langkah logis, setidaknya selama tidak ada guncangan ekonomi baru. Rehn, yang juga merupakan anggota Dewan Pemerintahan ECB, menunjukkan penghentian nuklir Jerman pada akhir tahun akan meningkatkan ketergantungan pada impor gas alam dari Rusia dan membawa lebih banyak volatilitas ke pasar energi.
"Keputusan tentang kebijakan energi di Jerman memengaruhi fluktuasi harga dan dengan demikian ketidakpastian tentang inflasi. Bagi saya, beralih dari batu bara ke gas alam bukan transisi hijau, dan fase transisi ini akan memakan waktu lama di Jerman," tukasnya.
Dalam perdebatan tentang aturan fiskal Uni Eropa, kepala bank sentral Finlandia itu mendukung seruan reformasi untuk membuat apa yang disebut Pakta Stabilitas dan Pertumbuhan lebih konsisten, realistis, dan fleksibel pada saat yang bersamaan.
"Batas utang sekitar 60 persen dari produk domestik bruto, seperti yang ditentukan oleh peraturan sebelumnya, jelas tidak realistis," kata Rehn.
Hal itu menunjuk rasio utang terhadap PDB Italia yang diproyeksikan sekitar 160 persen setelah pandemi covid-19. "Jika tujuan tidak dapat dicapai, mereka juga tidak akan mencapai apapun," pungkas Rehn.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News