Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan kenaikan ini didorong oleh sejumlah katalis. Dia mengatakan selain dari optimisme terhadap persetujuan SEC untuk permohonan Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin yang diagendakan pada Januari 2024.
baca juga: Makin Menarik, Jumlah Investor dan Transaksi Kripto di Indonesia Meningkat |
"Selain optimisme terhadap ETF Bitcoin, faktor lain di balik kenaikan harga Bitcoin adalah rendahnya tekanan jual dari investor yang diukur berdasarkan data exchange netflow Bitcoin. Semakin rendah exchange netflow berarti semakin rendah pula kemungkinan investor untuk menjual aset. Melansir IntoTheBlock, exchange netflow Bitcoin pada 2 Desember lalu negatif minus 3,32 ribu Bitcoin, kemudian masih negatif pada 3 Desember yakni minus 1,11 ribu Bitcoin,” kata Fahmi, dalam keterangan tetulis, Selasa, 5 Desember 2023.
Artinya, Fahmi melanjutkan, lebih banyak Bitcoin yang investor pindahkan dari exchange ke dompet pribadi, daripada yang dipindahkan dari dompet pribadi ke exchange.
"Hal ini menandakan investor lebih memilih untuk menyimpan atau hold Bitcoin yang dimiliki daripada menjualnya, meskipun harga sudah naik ke area USD39.500 pada waktu itu,” tambah Fahmi.
Peran investor institusional
Selain itu, sentimen pendorong lainnya yakni peran investor institusional yang terus mengakuisisi Bitcoin terlepas dari kenaikan harga yang terjadi."Microstrategy sebagai salah satu perusahaan terkemuka di dunia analytics, kembali membeli Bitcoin sekitar 16.130 koin atau setara USD593,3 juta secara tunai, selama periode 1 November dan 29 November tahun ini. Pembelian tersebut merupakan yang terbesar setelah pembelian yang dilakukan pada Februari 2021 lalu dan membuat Microstrategy dan anak perusahaannya saat ini memiliki total 174,530 Bitcoin,” ungkap Fahmi.
Peran aktif investor institusional dalam pasar kripto ini, lanjut Fahmi, turut mendorong peningkatan harga Bitcoin. Dia menuturkan adopsi investor institusional berperan penting dalam performa harga Bitcoin. Keputusan institusi untuk membeli Bitcoin menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan mereka terhadap aset kripto yang dapat meningkatkan legitimasi aset kripto serta turut meningkatkan kepercayaan diri investor ritel secara umum.
"Selain itu, masuknya investor institusional juga mendorong capital inflow yang besar ke dalam pasar kripto yang juga dapat memengaruhi harga,” jelas Fahmi.
Siklus penurunan suku bunga
Kemudian sentimen selanjutnya yang mendongkrak harga Bitcoin adalah kepercayaan investor terhadap akan dihentikannya siklus kenaikan suku bunga The Fed dan dimulainya siklus penurunan suku bunga yang mungkin akan terjadi pada kuartal pertama 2024. Sentimen tersebut cukup berkembang menjelang pertemuan penentuan kebijakan suku bunga The Fed pekan depan.Optimisme investor terhadap berhentinya siklus kenaikan suku bunga selain didorong oleh keputusan The Fed untuk mempertahankan tingkat bunga yang ada pada pertemuan sebelumnya juga didorong oleh perkembangan data ekonomi yang menunjukkan tantangan pertumbuhan ke depan, termasuk mulai melemahnya sektor tenaga kerja, dan mulai menurunnya tingkat inflasi.
"Investor mulai bersiap menghadapi siklus baru penurunan suku bunga tersebut dengan mulai mengambil posisi di aset kripto.” imbuh dia.
Fase optimistis
Bitcoin yang menembus hingga USD42.400 ini membuka peluang baik bagi investor berpengalaman maupun yang baru ingin memiliki Bitcoin. Berdasarkan indeks fear and greed yang dilansir alternative.me, menunjukkan angka 75 yang berarti pasar berada di fase optimis atau greed."Angka ini meskipun merupakan yang tertinggi sejak November 2021, masih belum tergolong signifikan atau berada pada area extreme greed. Tersentuhnya area extreme greed biasanya menjadi sinyal waspada investor cenderung terlalu optimis, namun hal itu saat ini belum terjadi," kata Fahmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News