Ilustrasi. FOTO: AFP
Ilustrasi. FOTO: AFP

Ekonomi Dunia Melambat, IEA Pangkas Prospek Permintaan Minyak Global di 2023

Angga Bratadharma • 14 Juli 2023 15:05
Paris: Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) mengatakan permintaan minyak global tidak akan tumbuh secepat perkiraan sebelumnya di tahun ini. Hal itu karena goyahnya ekonomi negara-negara maju.
 
Mengutip The Business Times, Jumat, 14 Juli 2023, konsumsi bahan bakar dunia akan meningkat dua persen atau 2,2 juta barel per hari (bpd) pada 2023. Ini merupakan pengurangan sekitar 220 ribu barel dari perkiraan bulan lalu, kata badan yang berbasis di Paris itu dalam sebuah laporan.
 
Kendati demikian, permintaan tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai rekor akhir tahun ini dan menguras persediaan secara substansial di paruh kedua. "Permintaan minyak dunia berada di bawah tekanan dari lingkungan ekonomi yang menantang, paling tidak karena pengetatan kebijakan moneter yang dramatis," kata IEA.

"Permintaan di OECD, dan Eropa khususnya, merana di tengah perlambatan yang parah dalam aktivitas industri," tambahnya.
Baca: Utang Publik Global Tembus Rekor USD92 Triliun

Minyak mentah berjangka naik di atas USD80 per barel di London pada Rabu waktu setempat (Kamis WIB) untuk pertama kalinya dalam dua bulan, sebagian karena tanda-tanda bahwa pendinginan inflasi dapat membantu mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.
 
Pasar minyak dunia mengetat karena Arab Saudi dan mitranya di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak plus (OPEC+) membatasi pasokan, sementara penggunaan bahan bakar terus pulih dari pandemi. Sedangkan pasokan pasar sedikit berlebih pada kuartal ini, dengan persediaan berada pada level tertinggi dalam hampir dua tahun.
 
"Pengekangan pasokan oleh Arab Saudi telah diimbangi oleh produsen lain, seperti Iran dan AS," kata IEA.
 
Mengingat prospek permintaan yang lebih lemah, pasar tidak akan mengetat secara tajam di bulan-bulan mendatang seperti yang diperkirakan sebelumnya, menurut agensi tersebut. Namun, sisa 2023 masih akan ditandai dengan defisit pasokan, karena permintaan global meningkat ke level tertinggi sepanjang masa rata-rata 102,1 juta barel per hari di tahun ini.

 
"Sekitar 70 persen dari pertumbuhan konsumsi akan berasal dari Tiongkok karena memperluas penggunaan petrokimia," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan