Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda. FOTO: AFP
Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda. FOTO: AFP

Bos BoJ Tak Berencana Segera Hentikan Stimulus Besar

Angga Bratadharma • 06 Maret 2022 19:02
Tokyo: Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda menyatakan tidak memiliki rencana untuk segera menghentikan stimulus besar-besaran. Akan tetapi, bank sentral Jepang akan meneliti bagaimana kenaikan biaya impor dapat memengaruhi persepsi publik tentang prospek inflasi.
 
Kuroda menambahkan yen bergerak sejalan dengan fundamental ekonomi dan melawan kritik yang berkembang baru-baru ini di kalangan politisi suku bunga ultra-rendah BoJ. Bahkan, penurunan yen berikutnya mendorong biaya hidup rumah tangga.
 
"Jika yen melemah lebih lanjut, itu bisa mendorong biaya impor. Namun kenaikan biaya impor baru-baru ini sebagian besar didorong oleh kenaikan harga bahan mentah dalam mata uang dolar, bukan yen yang lemah," katanya, dilansir dari Channel News Asia, Minggu, 6 Maret 2022.

"Diinginkan agar nilai tukar mata uang bergerak secara stabil yang mencerminkan fundamental ekonomi. Saya pikir pergerakan (yen) baru-baru ini sejalan dengan tren ini," tambah Kuroda.
 
Kuroda menekankan tekad BoJ untuk menjaga kebijakan moneter sangat longgar, bahkan ketika kenaikan inflasi global mendorong bank sentral utama lainnya menaikkan suku bunga. "Tidak seperti negara-negara Barat, kami tidak memiliki rencana segera untuk mengurangi stimulus moneter kami," kata Kuroda.
 
Ia menekankan inflasi di Jepang tetap jauh di bawah ekonomi lain. Kuroda menambahkan BoJ akan lebih memperhatikan survei terbaru yang menunjukkan pergeseran persepsi publik dari pandangan Jepang akan tetap terperosok dalam deflasi.
 
"Kami tidak hanya akan melihat indikator harga, tetapi juga survei yang menunjukkan bagaimana perasaan publik tentang pergerakan harga," ucapnya.
 
Ia menambahkan mengingat ketergantungan Jepang yang besar pada impor energi, bank sentral juga akan secara hati-hati memantau bagaimana meningkatnya ketegangan di Ukraina dapat memengaruhi harga minyak.
 
Sementara melonjaknya biaya bahan baku telah mendorong harga grosir di Jepang, inflasi konsumen inti mencapai 0,2 persen pada Januari karena pengeluaran rumah tangga yang lemah dan pertumbuhan upah membuat perusahaan tidak membebankan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan