"Harga belum sepenuhnya ditetapkan, kami menilai biaya produksi untuk beberapa bulan mendatang diperkirakan akan di bawah 10 euro," kata Kepala Sanofi Prancis Olivier Bogillot kepada radio France Inter, dikutip dari Antara, Senin, 7 September 2020.
Perusahaan-perusahaan pembuat obat dan lembaga-lembaga pemerintah berlomba untuk menghasilkan vaksin virus korona baru dan pengobatan untuk covid-19, penyakit pernapasan yang telah menewaskan lebih dari 879 ribu orang di seluruh dunia dan menghancurkan ekonomi.
Ditanya tentang saingannya AstraZeneca, yang diperkirakan memberi harga sekitar 2,50 euro atau sekitar Rp43.700 di Eropa, Bogillot berkata perbedaan harga bagi mereka karena menggunakan semua sumber daya internal yakni para peneliti dan pusat-pusat penelitian milik mereka sendiri. AstraZeneca melakukan alih daya sebagian dari produksinya.
Seorang juru bicara Sanofi mengatakan dalam pernyataan melalui surel pada Minggu, 6 September 2020 bahwa harga akhir hanya akan diputuskan ketika vaksin mencapai tahap pengujian terakhirnya.
"Kami mengantisipasi untuk dapat menentukan harga akhir pada saat uji coba tahap III kami, ketika kami mengetahui lebih banyak tentang dosis. Pada tahap ini, angka apa pun tidak tepat. Kurang dari 10 euro hanyalah salah satu hipotesis yang sedang kami kerjakan," jelas dia.
Awal pekan ini, Sanofi dan GSK mengatakan mereka telah memulai uji klinis kandidat vaksin virus corona berbasis protein mereka, dengan ambisi mencapai tahap pengujian akhir, yang juga dikenal sebagai fase III, pada Desember. Jika hasilnya positif, Sanofi dan GSK berharap vaksin itu bisa disetujui pada paruh pertama tahun depan.
Sanofi juga sedang mengerjakan kandidat vaksin virus korona lain dengan grup AS Translate Bio yang akan menggunakan teknologi lain yang dikenal sebagai messenger RNA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News