"Indeks harga konsumen utama, atau inflasi keseluruhan, naik tipis menjadi 2,5 persen secara tahun-ke-tahun pada September, dari 2,4 persen pada Agustus," ungkap angka dari Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI), dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 26 Oktober 2021.
MAS dan MTI menambahkan hal ini mencerminkan inflasi yang lebih tinggi untuk akomodasi dan makanan. Analis mencatat bahwa tekanan inflasi sedang meningkat dan menambahkan bahwa mereka tidak memperkirakan adanya jeda jangka pendek.
"Kekosongan tenaga kerja tetap tinggi dan dapat menambah tekanan harga laten karena ekonomi dibuka kembali di tengah kelambatan dalam perekrutan," tulis Sin Beng Ong dari JPMorgan Chase dalam sebuah catatannya.
Kepala Ekonom dan Kepala Penelitian dan Strategi Treasury OCBC Bank Selena Ling mengatakan beberapa faktor juga berpotensi menambah tekanan biaya yang lebih persisten dalam beberapa bulan mendatang.
"Ada beberapa diskusi tentang rencana kenaikan GST, penerapan pajak kekayaan potensial untuk mengatasi masalah ketimpangan pendapatan yang meningkat, dan kebutuhan untuk menaikkan pajak karbon guna memerangi perubahan iklim dengan lebih baik, meskipun waktu tindakan ini belum dikonfirmasi," kata Ling.
"Ini merupakan tambahan dari pengumuman sebelumnya untuk memperluas Model Upah Progresif pada September 2022, serta petunjuk kenaikan harga yang akan datang untuk transportasi umum, pendidikan, dan biaya perawatan kesehatan," tuturnya.
"Dengan mempertimbangkan semua ini, lintasan inflasi yang diantisipasi adalah di mana pola pikir bisnis dan konsumen harus menyesuaikan dan beradaptasi dengan tekanan biaya yang lebih persisten dalam beberapa bulan mendatang," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News