baca juga: Di Indonesia Merajalela, Bisnis Tiktok Semakin Terancam di AS |
Dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 8 Februari 2023, Fitch mengatakan pemulihan terutama akan dipimpin oleh konsumsi. Lembaga itu mencatat banyak indikator frekuensi tinggi baru-baru ini pulih meskipun masih tetap di bawah level pra-pandemi covid-19.
Meskipun perkiraan meningkat fitch memperkirakan pemulihan ekonomi tahun ini tidak sekuat 2021, ketika ekonomi Tirai Bambu itu membukukan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 8,4 persen.
Revisi ke atas ini bisa mendorong ekspor dari indonesia yang menjadikan Tiongkok sebagai salah satu importir utama. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2022 ekspor nonmigas terbesar Indonesia ke Tiongkok sebesar USD6,16 miliar dari total ekspor sebesar USD24,8 miliar.
Lembaga lainnya
Fitch adalah lembaga pemeringkat besar pertama yang meningkatkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2023.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
S&P Global memperkirakan ekonomi akan tetap berada di jalur pertumbuhan PDB 4,8 persen pada 2023, sejalan dengan garis dasar November, sementara Moody's mempertahankan perkiraan ekspansi November sebesar 4,0 persen.
"Hal ini sebagian mencerminkan pelemahan yang sedang berlangsung di pasar properti, yang menunjukkan sedikit bukti peningkatan penjualan atau pembangunan perumahan pada akhir 2022, meskipun ada dukungan kebijakan tambahan," kata Fitch dalam sebuah pernyataan.
Ekonomi AS melambat
Selain itu, perdagangan bersih dapat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi pada 2023, tambah Fitch, dengan permintaan ekspor tertekan oleh perlambatan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa.
"Arah kebijakan fiskal akan tetap tidak pasti menjelang pertemuan parlemen pada Maret," kata Fitch.
Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang berjanji pekan lalu pemerintah akan bekerja untuk mengkonsolidasikan dan memperluas momentum pemulihan ekonomi meskipun menghadapi kesulitan dan tantangan.
Fitch tidak mengharapkan pelonggaran kebijakan makro yang agresif, dan memperkirakan defisit anggaran sekitar tujuh persen dari PDB pada 2023, turun dari perkiraan delapan persen pada 2022.
Pembuat kebijakan berencana untuk meningkatkan dukungan untuk permintaan domestik tahun ini tetapi kemungkinan besar akan berhenti memberikan subsidi langsung kepada konsumen.