Arab Saudi sedang dalam pembicaraan dengan Tesla. Hal ini merupakan bagian dari upaya ambisius kerajaan dalam mengamankan logam yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik dan membantu mendiversifikasi perekonomiannya dari minyak.
Melansir Wall Street Journal, Rabu, 20 September 2023, pembicaraan masih dalam tahap awal dan bisa saja gagal. Kesepakatan apa pun bisa penuh dengan komplikasi, mengingat hubungan kontroversial Kepala Eksekutif Tesla Elon Musk dengan Saudi serta bersaing dengan kendaraan listrik kemitraan kerajaan Lucid Group.
Tesla tidak menanggapi komentar sebelum artikel ini dipublikasikan. Setelah dipublikasikan, Musk men-tweet artikel itu "sepenuhnya salah".
Baca juga: Bertemu di New York, Erdogan Undang Elon Musk ke Turki |
Arab Saudi merayu Tesla
Beberapa sumber mengatakan, Arab Saudi telah merayu Tesla dengan hak untuk membeli logam dan mineral dalam jumlah tertentu yang dibutuhkan perusahaan untuk kendaraan listriknya dari negara-negara termasuk Republik Demokratik Kongo.
The Wall Street Journal melaporkan, Saudi melakukan pendekatan kepada pemerintah Kongo pada Juni untuk mengamankan aset di negara tersebut, yang memasok sekitar 70 persen kobalt dunia.
Salah satu usulan yang sedang dipertimbangkan oleh Arab Saudi adalah memperluas pembiayaan kepada raksasa perdagangan komoditas Trafigura untuk proyek kobalt dan tembaga Kongo yang sedang mengalami kegagalan, yang pada akhirnya dapat membantu memasok pabrik kendaraan Tesla di kerajaan tersebut, kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Jika berhasil, kesepakatan dengan Saudi dapat membantu Tesla mewujudkan aspirasinya untuk menjual 20 juta kendaraan per tahun pada 2030. Angka ini naik dari sekitar 1,3 juta pada 2022.
Lucid mulai merakit kendaraan listrik kembali
Lucid, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Dana Investasi Publik Saudi, diperkirakan akan mulai melakukan perakitan kembali kendaraan dalam skala terbatas bulan ini. Rakitan tersebut akan dilakukan di pabrik internasional pertamanya di pantai Laut Merah kerajaan tersebut seiring dengan peningkatan produksi 150 ribu mobil setiap tahunnya.
Musk mengatakan Tesla kemungkinan membutuhkan sekitar selusin pabrik untuk mencapai tujuannya dan dapat mengumumkan pabrik lain pada akhir tahun. Tesla saat ini membuat kendaraan di AS, Tiongkok, dan Jerman, dan berencana melakukannya di Meksiko.
Kerja sama dengan Arab Saudi juga akan menjadi keuntungan bagi upaya kerajaan tersebut untuk menarik investasi asing dalam jumlah besar, yang merupakan prioritas bagi penguasa de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Baca juga: Luhut: Tesla Prioritaskan Investasi di Indonesia |
Upaya untuk merebut Tesla mencerminkan inisiatif Arab Saudi yang lebih luas untuk mendapatkan akses terhadap logam di luar negeri, memurnikannya di dalam negeri, dan memasukkannya ke dalam ekosistem baru yang berfokus pada energi terbarukan.
Negara ini sedang melakukan pembicaraan dengan AS untuk mengamankan logam di Afrika yang diperlukan untuk transisi energi. Journal melaporkan awal bulan ini, ketika Gedung Putih mencoba untuk mengekang dominasi Tiongkok dalam rantai pasokan kendaraan listrik dan kerajaan tersebut berencana membeli global senilai USD15 miliar.
Para pejabat Arab Saudi mengatakan tawaran terbaru kepada Tesla, yang dibuat oleh dana kekayaan negara, dimulai pada musim panas ini dan putra mahkota sudah bertahun-tahun ingin memiliki fasilitas manufaktur Tesla di kerajaan tersebut. Tesla menyambut baik pembicaraan tersebut, menurut pejabat Saudi, yang mengatakan perusahaan tersebut pada akhirnya masih bisa menolak proposal tersebut.
Kesepakatan ini akan menjadi peristiwa yang mengejutkan bagi Musk dan Arab Saudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News