Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda. FOTO: AFP
Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda. FOTO: AFP

Inflasi Diramal Dekati 1%, BoJ Janji Tetap Pertahankan Stimulus Longgar

Angga Bratadharma • 17 November 2021 06:56
Tokyo: Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda memperkirakan inflasi akan meningkat menjadi sekitar satu persen pada paruh pertama 2022. Kondisi itu karena ekonomi pulih ke tingkat pra-covid-19 dengan bank sentral Jepang berjanji mempertahankan kebijakan ultra-mudah dengan harapan memacu pemulihan yang didorong oleh konsumsi.
 
"Dengan inflasi yang masih kurang dari target dua persennya, BoJ akan mempertahankan pelonggaran moneter kuat dan siap meningkatkan stimulus, bahkan ketika bank sentral lainnya menuju keluar dari kebijakan mode krisis," kata Kuroda, dilansir dari Channel News Asia, Rabu, 17 November 2021.
 
"Kami memperkirakan inflasi konsumen secara bertahap meningkat menjadi sekitar satu persen sekitar pertengahan tahun depan karena kesenjangan produksi berubah menjadi positif," tambahnya, dalam pidatonya kepada para pemimpin bisnis di Nagoya, Jepang.

"Bahkan jika inflasi mencapai satu persen, itu masih cukup jauh dari target dua persen kami. Dengan demikian, kami sama sekali tidak akan mempertimbangkan panggilan balik atau meninggalkan kebijakan ultra-longgar," kata Kuroda.

Pemulihan

Kuroda mengatakan pemulihan di ekonomi terbesar ketiga di dunia itu agak lebih lambat dari yang diperkirakan semula, karena pembatasan covid-19 dan kekurangan suku cadang memukul konsumsi dan produksi.
 
"Tetapi mekanisme pemulihan ekonomi tetap utuh," katanya, seraya menambahkan pertumbuhan terlihat pulih ke tingkat pra-pandemi pada paruh pertama 2022 karena pencabutan pembatasan darurat membantu menghidupkan kembali konsumsi.
 
Sementara pembuat mobil bergulat dengan kendala pasokan, lanjutnya, kemacetan yang disebabkan oleh penutupan pabrik di Asia Tenggara kemungkinan akan teratasi dalam beberapa bulan mendatang. Kekurangan cip bisa memakan waktu lebih lama untuk diperbaiki karena kapasitas harus ditingkatkan melalui belanja modal guna memenuhi permintaan yang kuat.
 
"Jika kendala pasokan global berlangsung lebih lama dari yang diharapkan, itu dapat merugikan ekspor Jepang dan keuntungan perusahaan dengan menyebabkan perlambatan pertumbuhan global dan kenaikan biaya," pungkas Kuroda.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan