Ilustrasi saham negara berkembang. Foto : MI.
Ilustrasi saham negara berkembang. Foto : MI.

DBS Lebih Pilih Saham Negara Maju Ketimbang Negara Berkembang

Arif Wicaksono • 01 Juli 2021 17:58
Jakarta: Terjadi perbedaan pandangan antara Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dan pasar mengenai apakah Fed taper (pengurangan program pembelian aset oleh Bank Sentral AS) akan menjadi kenyataan pada paruh kedua tahun ini. The Fed pun masih belum tegas mengatakannya.
 
Mengenai hal ini, DBS Bank yakin bahwa kekhawatiran seputar pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Sentral AS akan mendominasi perbincangan dalam beberapa bulan mendatang dan menimbulkan gejolak pasar yang lebih tinggi.
 
Kepala Investasi DBS Bank Hou Wey Fook mengingatkan bahwa kesamaan keadaan makro pada saat ini dan sebelum taper tantrum pada 2013 dan  selang waktu besar antara taper talk (wacana pengurangan) dan kenaikan suku bunga  pada siklus sebelumnya, rencana pengurangan pembelian aset oleh Bank Sentral AS tidak dapat dikesampingkan jika ekspektasi inflasi mendekati angka tiga persen.

"Oleh karena itu, memposisikan diri untuk menghadapi kemungkinan ini akan menjadi langkah bijak bagi alokasi portofolio," kata dia dalam keterangan resminya, Kamis, 1 Juli 2021.
 
DBS yakin bahwa kejadian ini tidak seperti pada 2013 meskipun terjadi pengurangan namun tanpa gejolak. Setiap pengurangan pembelian aset oleh Bank Sentral AS menyusul pemulihan ekonomi bukan hal negatif bagi pasar saham mengingat kenaikan pendapatan perusahaan seiring membaiknya perekonomian.
 
DBS juga lebih memilih membeli saham developing market (negara maju) ketimbang emerging market (negara berkembang). Kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS akan melakukan pengetatan kemungkinan menjadi hambatan bagi pasar negara berkembang. Ketergantungan besar pada pendanaan eksternal dan dolar sangat rentan terhadap kenaikan imbal hasil surat berharga pemerintah AS.
 
"Selain itu, tidak seperti negara maju, yang berhasil mengendalikan pandemi, pasar negara berkembang dapat mengalami lonjakan kasus baru secara tiba-tiba, yang akan menahan upaya untuk kembali normal," kata dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan