Peningkatan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan, ditambah dengan tingkat produksi yang mencapai rekor tertinggi, membuat para pedagang bertaruh pasokan minyak di AS ini tidak seketat yang diperkirakan sebelumnya.
Dari sisi permintaan, tanda-tanda stabilnya permintaan bahan bakar AS sebagian besar diimbangi oleh serangkaian data ekonomi yang lemah dari Jepang, Tiongkok, dan zona euro.
Ketidakpastian mengenai kenaikan suku bunga AS juga kembali muncul di pasar, karena data menunjukkan meskipun inflasi mereda di Oktober, belanja ritel tetap stabil.
Badai isyarat negatif pun turut membuat harga minyak mentah berada pada jalur kerugian untuk minggu keempat secara berturut-turut.
Melansir Investing, Jumat, 17 November 2023, minyak berjangka Brent naik 0,1 persen menjadi USD77,56 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,1 persen menjadi USD73 per barel. Kedua kontrak tersebut turun lebih dari lima persen setiap minggunya.
"Sudah jelas neraca minyak untuk sisa tahun ini tidak seketat perkiraan awal. Pasokan yang lebih tinggi dari perkiraan telah mengikis sebagian besar perkiraan defisit pada kuartal IV-202."
"Dan saat ini, pasar diperkirakan masih akan kembali mengalami surplus pada kuartal pertama 2024," tulis analis ING dalam catatannya baru-baru ini.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Merosot Gegara Cadangan Minyak AS Naik |
Saudi dan Rusia jadi fokus
Meskipun Arab Saudi dan Rusia telah mengumumkan serangkaian pengurangan produksi untuk membantu mendukung harga minyak, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) lainnya terlihat meningkatkan produksi dalam beberapa bulan terakhir.
Fokus saat ini tertuju pada pertemuan OPEC yang akan datang pada 26 November 2023, dengan Arab Saudi dan Rusia diperkirakan akan melanjutkan pengurangan pasokan sekitar dua juta barel per hari hingga 2024.
Keduanya baru-baru ini berjanji untuk mempertahankan pemotongan mereka hingga akhir 2023.
"Kemungkinan besar Saudi akan melanjutkan pengurangan sukarela tambahan mereka sebesar satu juta barel per hari hingga awal tahun depan. Melakukan hal ini akan membantu menghapus perkiraan surplus dan memberikan dukungan kepada pasar," kata analis ING.
Penurunan harga minyak mentah baru-baru ini juga dipicu oleh meredanya kekhawatiran atas perang Israel-Hamas, karena para pedagang memperkirakan premi risiko yang lebih kecil dari konflik tersebut setelah terbukti berdampak kecil pada pasokan di Timur Tengah.
Hal ini diperburuk oleh serangkaian data perekonomian yang lemah dari importir utama Tiongkok, yang menunjukkan aktivitas bisnis tetap lesu di Oktober 2023. Meskipun impor minyak Tiongkok selama bulan tersebut masih tetap stabil, peningkatan besar-besaran dalam persediaan negara tersebut menimbulkan kekhawatiran atas melambatnya permintaan impor dalam beberapa bulan mendatang.
Kilang-kilang Tiongkok juga terlihat memproses minyak mentah dalam jumlah yang lebih kecil dalam sebulan terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News