Ilustrasi. FOTO: AFP
Ilustrasi. FOTO: AFP

Minyak Dunia Suram Usai Risalah Fed dan Pelepasan Cadangan Besar IEA

Antara • 07 April 2022 08:01
New York: Harga minyak dunia berjangka turun tajam pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Kondisi itu terjadi setelah negara-negara konsumen besar mengatakan akan melepas minyak dari cadangan untuk melawan pengetatan pasokan dan risalah yang hawkish dari bank sentral AS mendukung dolar.
 
Mengutip Antara, Kamis, 7 April 2022, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun USD5,57 atau 5,2 persen, menjadi USD101,07 per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei kehilangan USD5,73 atau 5,6 persen, menjadi USD96,23 per barel di New York Mercantile Exchange.
 
Aksi jual mengalami percepatan hingga penutupan, meninggalkan harga acuan Brent dan WTI pada level penutupan terendah sejak 16 Maret.

Negara-negara anggota Badan Energi Internasional (IEA) akan melepaskan 120 juta barel dari cadangan strategis (SPR) untuk menahan kenaikan harga. Pelepasan tersebut mencakup 60 juta barel dari Amerika Serikat, menurut dua sumber. Komitmen itu merupakan bagian dari pengumuman AS sebelumnya tentang pelepasan cadangan 180 juta barel.
 
Ini adalah kedua kalinya IEA merilis cadangan di 2022 dan secara efektif meningkatkan pasokan di seluruh dunia sekitar dua juta barel per hari setidaknya selama dua bulan ke depan, saat dunia mencoba mengatasi potensi kehilangan minyak Rusia. Kelompok ini secara kolektif memiliki sekitar 1,5 miliar barel cadangan strategis.
 
Pasar minyak mentah telah melalui minggu penuh volatilitas, dengan harga melonjak di tengah kekhawatiran pasokan setelah invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi berikutnya di Moskow oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
 
Akhir-akhir ini pasar telah berbalik arah menyusul rilis cadangan bersama dengan kekhawatiran perlambatan permintaan di Tiongkok, di mana pandemi yang bangkit kembali telah mendorong penguncian kota-kota termasuk Shanghai.
 
Sedangkan pabrik penyulingan Tiongkok menghindari kontrak baru dengan Rusia, menunjukkan Beijing berhati-hati untuk tidak secara terang-terangan mendukung Moskow saat ini.
 
Sementara itu, risalah Federal Reserve AS merinci bahwa bank sentral AS berencana menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan terbarunya, tetapi memilih kenaikan yang lebih kecil karena perang di Ukraina.
 
Risalah menunjukkan pendekatan hawkish untuk The Fed karena mencoba untuk mengendalikan inflasi, yang mendorong dolar AS. Minyak sering bergerak berlawanan arah dengan dolar karena sebagian besar transaksi minyak dilakukan dalam mata uang AS.
 
"Pasar bereaksi atas komentar Fed dan laporan penyimpanan EIA," kata Direktur Riset Pasar Tradition Energy Gary Cunningham.
 
Stok minyak mentah AS naik 2,4 juta barel dalam minggu terakhir, Badan Informasi Energi AS mengatakan, sementara analis memperkirakan penurunan. Produksi juga naik, mencapai 11,8 juta barel per hari, terbesar sejak akhir 2021, dan diperkirakan akan terus meningkat. Amerika Serikat juga melepaskan hampir 4 juta barel dari cadangan strategisnya dalam seminggu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan