Mengutip Xinhua, Rabu, 23 Desember 2020, Badan Energi Internasional (IEA) dalam World Energy Outlook 2020 mengungkapkan pandemi covid-19 telah menyebabkan lebih banyak gangguan pada sektor energi daripada peristiwa lain yang pernah dicatat dalam sejarah baru-baru ini. Bahkan, dampaknya diramal akan tetap bisa dirasakan selama bertahun-tahun mendatang.
Namun, dari semua berita buruk tentang anjloknya permintaan minyak, penurunan harga minyak, bahkan kebangkrutan perusahaan, ada kabar menggembirakan bahwa pandemi tidak menghambat perkembangan transisi energi. Hal itu memunculkan sebuah harapan agar ketahanan energi bisa terwujud demi kepentingan orang banyak.
Pada Mei 2020, Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) mengeluarkan laporan transisi energi tahunannya dan memperingatkan transformasi sistem energi global dapat tergelincir karena pandemi covid-19 dan menyebabkan kerusakan ekonomi serta sosial.
Dalam laporan berjudul Energy Transition Index (ETI) 2020: from crisis to rebound, WEF mengatakan transisi energi global dari bahan bakar karbon ke sumber energi yang ramah terhadap iklim telah bergerak dengan kecepatan yang lambat namun stabil. Adapun pandemi covid-19 menjadi tantangan terkait transisi energi dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Meski demikian, menjelang akhir tahun yang penuh gejolak akibat pandemi covid-19 yang masih berlangsung, tampaknya krisis kesehatan global dan kemacetan ekonomi pada 2020 tanpa disadari telah mendorong adanya proses transisi energi, bukannya justru menghambat.
Menurut laporan yang dirilis oleh IEA pada November 2020 disebutkan pengembangan dan penyebaran energi terbarukan terus berlangsung selama pandemi covid-19. Hal itu karena para pengembang energi terbarukan di sebagian besar negara di dunia tidak menghentikan upaya pembangunan dan pengembangan.
Misalnya, kapasitas pembangkit listrik tenaga air global meningkat pada paruh pertama 2020 meskipun terjadi pandemi, sebagian besar karena pelaksanaan proyek skala besar di Tiongkok.
"Tiongkok adalah pemimpin pasar energi terbarukan dan data kami menunjukkan Tiongkok akan tetap menjadi negara terbesar di tahun-tahun mendatang," kata Heymi Bahar, salah satu penulis laporan tersebut.
Tren tersebut juga dibuktikan oleh para pejabat industri. Paula Gant, Wakil Presiden GTI, sebuah organisasi penelitian, pengembangan, dan pelatihan yang menangani tantangan energi dan lingkungan global, mengatakan pandemi telah mempercepat proses transisi energi dan menjadikannya lebih kuat daripada yang diperkirakan pada tahun lalu.
Gant menjelaskan pada 2020 banyak perusahaan global, beberapa bahkan di luar ruang energi, telah menetapkan tujuan mereka dalam hal energi bersih, yang menunjukkan sektor swasta melakukan bagian mereka menuju dekarbonisasi.
"Selama 2020, kami telah melihat banyak perusahaan telah menetapkan target nol bersih pada pertengahan abad di semua operasi mereka. Kami telah melihat beberapa perusahaan minyak terbesar di dunia seperti Shell dan Total menetapkan tujuan untuk mencapai nol karbon emisi. Itu sangat luar biasa di tahun ini dengan banyak ketidakpastian," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News