Tokyo: Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 memperdebatkan dampak ketegangan geopolitik hingga panasnya inflasi global. Perdebatan ini mengacu pada kebijakan moneter yang lebih ketat di beberapa kawasan.
Mantan pembuat kebijakan bank sentral Jepang (BOJ) Takahide Kiuchi menilai keanggotaan G20 yang beragam dapat mempersulit koordinasi kebijakan lantaran terdirisi dari AS dan sekutunya, maupun negara pesaingnya, Tiongkok dan Rusia.
"Sementara lonjakan biaya bahan bakar dan kenaikan inflasi adalah tema utama bagi negara maju dan berkembang, sulit untuk mengambil tindakan bersama dengan forum seperti G20," katanya dikutip dari Antara, Kamis, 17 Februari 2022.
Pemimpin keuangan G20 pun meminta pejabat Federal Reserve (Fed) untuk memperjelas kebijakan moneternya demi meredam kepanikan pasar. Di sisi lain, para pembuat kebijakan G20 harus mewanti-wanti negara berkembang agar bersiap menghadapi potensi kejatuhan pasar dari pengetatan moneter di beberapa negara ekonomi utama.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pasar negara berkembang akan mampu menghadapi pengetatan moneter global, termasuk kenaikan suku bunga AS. Namun, para menteri G20 menghadapi tugas yang sulit untuk mengarahkan kebijakan di tengah perbedaan global dalam agenda pemulihan ekonomi.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) akan mencari dukungan G20 untuk memperkuat kerangka restrukturisasi utang bagi negara-negara miskin karena risiko gagal bayar semakin meningkat.
Mantan pembuat kebijakan bank sentral Jepang (BOJ) Takahide Kiuchi menilai keanggotaan G20 yang beragam dapat mempersulit koordinasi kebijakan lantaran terdirisi dari AS dan sekutunya, maupun negara pesaingnya, Tiongkok dan Rusia.
"Sementara lonjakan biaya bahan bakar dan kenaikan inflasi adalah tema utama bagi negara maju dan berkembang, sulit untuk mengambil tindakan bersama dengan forum seperti G20," katanya dikutip dari Antara, Kamis, 17 Februari 2022.
Pemimpin keuangan G20 pun meminta pejabat Federal Reserve (Fed) untuk memperjelas kebijakan moneternya demi meredam kepanikan pasar. Di sisi lain, para pembuat kebijakan G20 harus mewanti-wanti negara berkembang agar bersiap menghadapi potensi kejatuhan pasar dari pengetatan moneter di beberapa negara ekonomi utama.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pasar negara berkembang akan mampu menghadapi pengetatan moneter global, termasuk kenaikan suku bunga AS. Namun, para menteri G20 menghadapi tugas yang sulit untuk mengarahkan kebijakan di tengah perbedaan global dalam agenda pemulihan ekonomi.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) akan mencari dukungan G20 untuk memperkuat kerangka restrukturisasi utang bagi negara-negara miskin karena risiko gagal bayar semakin meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News