Ilustrasi Mcdonald. Foto: AFP.
Ilustrasi Mcdonald. Foto: AFP.

CEO McDonald's Sambat Bisnisnya Lesu akibat Aksi Boikot Israel

Ade Hapsari Lestarini • 05 Januari 2024 13:36
Jakarta: CEO McDonald's Chris Kempczinski mengatakan misinformasi terkait perang Hamas dan Israel telah merugikan kinerja perusahaan di wilayah Timur Tengah. Semakin banyak perusahaan Amerika yang merasakan tekanan tambahan, saat perang Israel melawan Hamas di Gaza memasuki bulan keempat.
 
Melansir Forbes, Jumat, 5 Januari 20023, dalam sebuah surat yang diposting di LinkedIn, Kempczinski menekankan waralaba McDonald's di negara-negara Muslim -yang telah menghadapi seruan boikot atas tuduhan perusahaan tersebut mendukung tentara Israel- dimiliki oleh operator pemilik lokal yang bekerja tanpa kenal lelah untuk melayani komunitas mereka sambil mempekerjakan ribuan warga negara mereka.
 
Kempczinski juga mengutuk kekerasan dan perkataan kebencian dan menyebut reaksi balasan tersebut mengecewakan dan tidak berdasar. McDonald's belum mengeluarkan pernyataan dukungan apa pun terhadap Israel atau perang yang sedang berlangsung di Gaza.

Meskipun ada seruan boikot di seluruh Timur Tengah, jaringan burger Amerika ini masih melaporkan penjualan global naik 10,9 persen pada kuartal IV-2023.
 
 
Baca juga: Ramai Boikot Produk Israel, Begini Tanggapan McDonalds Indonesia
 

Starbucks juga hadapi protes


Di sisi lain, Starbucks mengatakan pihaknya juga menghadapi protes dan vandalisme di Timur Tengah dan Amerika Utara. "Hal ini dipengaruhi oleh penyajian yang keliru di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan," kata CEO Starbucks, Laxman Narasimhan.
 
Starbucks sebelumnya mengatakan mereka tidak memiliki agenda politik dan mengutuk kekerasan dan ujaran kebencian. Namun, perusahaan tersebut telah terlibat dalam tuntutan hukum yang sedang berlangsung dengan Starbucks Workers United, serikat pekerja yang mewakili sekitar 350 toko di AS, yang mengklaim hal tersebut merugikan merek perusahaan, setelah memposting pesan pro-Palestina.
 
Starbucks melaporkan penjualan global masih naik delapan persen pada kuartal terakhir 2023.
 

Perang Hamas dan Israel


Pada 7 Oktober, militan dari Hamas, sebuah organisasi Islam Palestina yang menguasai Jalur Gaza, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel selatan. Lebih dari 1.200 orang terbunuh di Israel, sementara 240 lainnya disandera.
 
Israel menanggapinya dengan menyatakan perang, melancarkan serangan balasan terhadap Hamas di Gaza. Lebih dari 22 ribu orang di wilayah tersebut telah terbunuh sejak perang dimulai, menurut Kementerian Kesehatan yang dikuasai Hamas.
 
Jumlah korban jiwa yang sangat besar telah memicu protes dan boikot terhadap bisnis Israel dan Amerika di Timur Tengah. McDonald's, merupakan merek yang sebagian besar terdiri dari waralaba milik lokal, menghadapi kritik awal setelah sejumlah lokasi di Israel dilaporkan memberikan makanan gratis kepada tentara Israel setelah perang dimulai.
 
 
Baca juga: Daftar Produk Israel yang 'Menjajah' di Seluruh Dunia

 

Langkah ini mendapat reaksi keras dari waralaba perusahaan tersebut di negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Arab Saudi dan Turki. Perusahaan lain di luar jasa makanan menghadapi tekanan dalam pengambilan keputusan pemasaran.
 
Pada Desember, pengecer mode cepat Zara menghadapi seruan boikot setelah memasang iklan yang menampilkan model berdiri di tengah reruntuhan, di samping boneka yang anggota tubuhnya hilang.
 
Iklan tersebut menimbulkan kecaman di media sosial karena dianggap meremehkan konflik yang sedang berlangsung. Zara menghapus iklan tersebut dan mengeluarkan permintaan maaf, menyebut situasi tersebut sebagai kesalahpahaman. Serta mengklaim foto tersebut diambil pada September, sebelum perang di Gaza pecah.
 
Pada November, Majelis Agung Nasional Turki menghapus produk Coca-Cola dan Nestle dari semua restoran dan kafetaria yang terletak di gedung parlemen karena kemarahan masyarakat terhadap perusahaan tersebut, menurut laporan Reuters.
 
Ketua Majelis Agung Nasional Numan Kurtulmus, menyebut produsen makanan Amerika dan Swiss sebagai perusahaan yang secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap kejahatan perang Israel.
 
Baik Coca-Cola maupun Nestle tidak mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap perang di Gaza.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan