Ilustrasi. FOTO: Ting Shen/Xinhua
Ilustrasi. FOTO: Ting Shen/Xinhua

IMF Pangkas Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Asia

Antara • 20 Oktober 2021 09:14
Washington: Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini untuk Asia. Lembaga peminjam internasional itu juga memperingatkan bahwa gelombang baru infeksi covid-19, gangguan rantai pasokan, dan tekanan inflasi menimbulkan risiko penurunan pada prospek.
 
"Ekonomi Tiongkok akan tumbuh delapan persen tahun ini dan 5,6 persen pada 2022, tetapi pemulihan tetap tidak seimbang karena wabah virus korona yang berulang dan pengetatan fiskal membebani konsumsi," kata IMF, dilansir dari Antara, Rabu, 20 Oktober 2021.
 
IMF mengingatkan setiap normalisasi kebijakan yang tidak tepat waktu atau komunikasi kebijakan yang disalahartikan oleh Federal Reserve AS, juga dapat memicu arus keluar modal yang signifikan dan biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk negara-negara berkembang Asia.

Dalam laporan prospek regionalnya, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini untuk Asia menjadi 6,5 persen, turun 1,1 poin dari proyeksi yang dibuat pada April, karena lonjakan kasus varian delta memukul konsumsi dan produksi pabrik.
 
"Kebangkitan kembali pandemi, di tengah tingkat vaksinasi yang awalnya rendah, memperlambat pemulihan di kawasan Asia Pasifik, terutama di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang," kata Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Changyong Rhee, pada konferensi pers virtual.
 
IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan Asia untuk 2022 menjadi 5,7 persen dari perkiraan 5,3 persen pada April, yang mencerminkan kemajuan dalam vaksinasi.

Pertumbuhan tercepat

Mencatat bahwa Asia Pasifik tetap menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, Rhee mengatakan, saat tingkat vaksinasi meningkat, kawasan ini diperkirakan tumbuh sebesar 4,9 persen pada 2022 atau 0,4 poin lebih cepat dari yang diproyeksikan pada April.
 
"Meskipun Asia dan Pasifik tetap menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, perbedaan antara ekonomi-ekonomi maju dan ekonomi-ekonomi emerging markets dan ekonomi berkembang semakin dalam," kata laporan itu.
 
Ekonomi Tiongkok mencapai laju pertumbuhan paling lambat dalam satu tahun pada kuartal ketiga, menyoroti tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan saat mereka berusaha menopang pemulihan yang goyah sambil mengekang sektor real estat.
 
"India diperkirakan tumbuh 9,5 persen tahun ini, sementara negara-negara maju seperti Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Taiwan mendapat manfaat dari ledakan teknologi dan komoditas tinggi," kata IMF.
 
Tetapi, negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand) masih menghadapi tantangan berat dari kebangkitan covid dan kelemahan dalam konsumsi jasa-jasa.
 
Sementara ekspektasi inflasi secara umum mengakar lebih dalam di Asia, harga-harga komoditas dan biaya pengiriman yang lebih tinggi, ditambah dengan gangguan yang berkelanjutan pada rantai nilai global, memperkuat kekhawatiran atas inflasi yang berkelanjutan.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan