"Tiongkok akan memanfaatkan sepenuhnya dana fiskal dan alat keuangan berbasis kebijakan untuk meningkatkan dukungan bagi UKM," kata Wang, dalam sebuah wawancara yang diposting di People's Daily, dilansir dari Channel News Asia, Rabu, 20 Oktober 2021.
Wang mengatakan Tiongkok memiliki lebih dari 13 juta perusahaan, dengan lebih dari 99 persennya adalah UKM. "Pemerintah akan menciptakan lebih banyak peluang pengembangan untuk perusahaan semacam itu," kata Wang.
Ekonomi Tiongkok tercatat tumbuh pada laju paling lambat dalam satu tahun pada kuartal ketiga 2021. Kondisi itu disebabkan adanya kekurangan listrik, kemacetan pasokan, dan wabah covid-19 yang meningkatkan suhu panas di level pembuat kebijakan di tengah meningkatnya tekanan di sektor properti.
Data yang dirilis menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 4,9 persen pada Juli-September dari sebelumnya. Kondisi itu laju terlemah sejak kuartal ketiga 2020 dan melambat dari 7,9 persen pada kuartal kedua.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut menandai perlambatan lebih lanjut dari ekspansi 18,3 persen pada kuartal pertama 2021, ketika tingkat pertumbuhan secara tahun-ke-tahun sangat mengagumkan oleh perbandingan yang sangat rendah yang terlihat selama kemerosotan akibat covid di awal 2020.
"Pemulihan ekonomi domestik masih tidak stabil dan tidak merata," kata Juru Bicara Biro Statistik Nasional (NBS) Tiongkok Fu Linghui.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah pulih dari pandemi tetapi pemulihannya mulai kehilangan tenaga. Hal itu karena dibebani oleh aktivitas pabrik yang goyah, konsumsi yang terus-menerus melemah, dan sektor properti yang melambat karena pembatasan kebijakan.
"Menanggapi angka pertumbuhan buruk yang kami harapkan dalam beberapa bulan mendatang, kami pikir pembuat kebijakan akan mengambil lebih banyak langkah untuk menopang pertumbuhan," pungkas Kepala Ekonomi Asia di Oxford Economics Louis Kuijs.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News