Ilustrasi Asia Tenggara. Foto : Medcom.
Ilustrasi Asia Tenggara. Foto : Medcom.

PDB Asia Tenggara Diprediksi Naik 6,2% pada 2021

Arif Wicaksono • 28 Desember 2020 13:38
Jakarta: Laporan prospek ekonomi terbaru dari Oxford Economics, bersama the Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) di seluruh Asia Tenggara akan berkontraksi sebesar 4,1 persen pada 2020 sebelum melonjak tajam menjadi 6,2 persen pada 2021.
 
Pemulihan tersebut sebagian disebabkan oleh low base effect dari tahun ini. Hal ini didukung dengan kebijakan makro yang berperan akomodatif dengan dukungan fiskal yang ekstensif dan suku bunga rendah.
 
ICAEW Regional Director, Greater China and South-East Asia Mark Billington mengatakan kecepatan pemulihan masing-masing negara di Asia Tenggara bervariasi.

"Di Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi akan dibatasi oleh masih berlanjutnya penerapan social distancing. Namun, pembatasan ini diperkirakan akan secara bertahap dilonggarkan sepanjang tahun depan, terutama di negara-negara yang mampu mendistribusikan vaksin dengan cepat," jelas dia dalam keterangan resminya, Senin, 28 Desember 2020.
 
Meskipun ketidakpastian akan tetap ada dan sebagian besar negara akan membutuhkan waktu untuk pulih dari kerugian, berita positif baru-baru ini terkait vaksin menyeimbangkan risiko atau skenario negatif yang dapat terjadi. Selain itu, prospek optimistis untuk pertumbuhan regional Asia Tenggara tetap terlihat dalam jangka menengah dan panjang.
 
Laporan ICAEW menemukan pemulihan ekonomi pada 2021 tetap bergantung pada pelonggaran lockdown, momentum pemulihan global, dan keberhasilan vaksin virus korona.
 
Maka, perkembangan baik dalam program vaksinasi akan menjadi barometer penting untuk pertumbuhan di 2021. Hal ini didukung oleh hidupnya kembali berbagai layanan publik yang kemungkinan besar akan menyusul lebih cepat di negara-negara dengan pengadaan dan distribusi vaksin yang lebih baik.
 
Dia menjelaskan bahwa Asia Tenggara telah mengalami three-speed recovery, dengan perbedaan antara satu negara dan yang lainnya dipengaruhi oleh keberhasilan masing-masing negara dalam mengatasi gelombang baru infeksi covid-19 dan menerapkan strategi lockdown exit untuk membuka kembali ekonomi mereka dengan aman. Hal ini juga harus didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter.
 
“Perhatian terbesar bagi ekonomi Asia Tenggara adalah mencegah gelombang infeksi tambahan, serta secara bertahap mengembalikan kegiatan ekonomi dan masyarakat,” jelas dia.
 
“Kesinambungan ekonomi global mengharuskan negara-negara bekerja secara kolektif untuk memperkuat rencana tanggap pandemi mereka, dan mengatasi tantangan, baik dalam melanjutkan aktivitas bisnis maupun menjaga keamanan rakyatnya,” tambah dia.
 
Dia menjelaskan bahwa terlepas dari prediksi pemulihan ekonomi pada 2021, ketidakpastian yang dapat memengaruhi pemulihan pascapandemi akan tetap ada. Lambatnya perkembangan program vaksinasi massal, pandemi gelombang kedua yang mengakibatkan lockdown tingkat global lainnya, dan krisis keuangan dapat berdampak pada kerusakan ekonomi yang besar.
 
"Namun di sisi lain, terobosan vaksin dan stimulus AS pasca pemilu diprediksi optimis dapat mempercepat pemulihan dalam jangka pendek dan menghindari risiko jangka panjang," tegas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan