Harga minyak mentah berjangka brent untuk pengiriman Mei merosot USD2,47 atau 2,2 persen menjadi USD110,46 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April terpangkas USD2,93 atau 2,6 persen menjadi USD107,67 per barel.
Kedua kontrak acuan naik ke tertinggi multi-tahun selama sesi, dengan harga minyak Brent melonjak ke USD119,84 per barel, tertinggi sejak Mei 2012 dan harga minyak WTI mencapai tertinggi sejak September 2008 di USD116,57 per barel.
Perdagangan bergejolak, dengan harga minyak mentah melonjak di awal sesi ke tertinggi multi-tahun di tengah kekhawatiran tentang Rusia, yang mengekspor empat juta hingga lima juta barel per hari (bph) minyak mentah, terbesar kedua di seluruh dunia di belakang Arab Saudi. Setelah invasi Rusia ke Ukraina, perusahaan sekarang menghindari pasokan Rusia dan berebut barel di tempat lain.
Analis di Price Futures Group Phil Flynn mengatakan pasar minyak berada dalam suasana eksplosif.
"Orang-orang di dunia tidak ingin berurusan dengan negara yang melakukan kekejaman ini di Ukraina." jelas dia dikutip dari Antara, Jumat, 4 Maret 2022.
Washington dan sekutu telah memberlakukan sanksi terhadap Rusia, tetapi tindakan tersebut sejauh ini tidak menargetkan ekspor minyak dan gas Rusia.
Putaran baru sanksi yang diumumkan oleh Gedung Putih pada Rabu 2 Maret 2022, melarang ekspor teknologi penyulingan tertentu, mempersulit Rusia untuk memodernisasi kilang minyak.
Para pedagang tetap waspada terhadap minyak Rusia. Setidaknya 10 kapal tanker gagal menemukan pembeli pada Rabu 2 Maret 2022.
Kanada mengatakan akan menghapus status negara paling disukai Rusia dan Belarus sebagai mitra dagang, dan akan memberikan bantuan militer tambahan ke Ukraina.
Patokan global harga minyak brent telah melonjak hampir 25 persen sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, tindakan yang disebut Moskow sebagai "operasi khusus." Spread enam bulan brent mencapai rekor tertinggi lebih dari USD21 per barel, menunjukkan pasokan yang sangat ketat.
Laporan media telah menunjukkan Amerika Serikat dan Iran hampir menyelesaikan kesepakatan yang dapat membawa lebih dari satu juta barel per hari minyak, atau sekitar satu persen dari pasokan global, kembali ke pasar.
Negosiasi untuk menghidupkan kembali pakta telah berlangsung selama 10 bulan di Wina. Para diplomat diyakini berada dalam tahap akhir pembicaraan.
Bantuan pasokan itu mungkin hanya akan mengisi sebagian dari celah yang ditinggalkan oleh pembeli yang membatasi pembelian minyak Rusia, yang menyumbang sekitar delapan persen dari ekspor minyak global.
"Kami memperkirakan ekspor minyak Rusia akan turun satu juta barel per hari dari dampak tidak langsung sanksi dan tindakan sukarela oleh perusahaan," kata Kepala Eksekutif Rystad Energy, Jarand Rystad.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu mereka, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ berpegang pada rencana yang ada untuk kenaikan produksi bertahap 400 ribu barel per hari per bulan, mengabaikan permintaan konsumen untuk lebih banyak pasokan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News