Kedua lembaga tersebut didirikan di Konferensi Bretton Woods pada 1944, di mana negara-negara berkumpul untuk membangun kerangka kerja sama dan pembangunan ekonomi setelah Perang Dunia II.
"Di bawah perjanjian lama yang dibuat saat itu, Direktur Pelaksana IMF akan menjadi orang Eropa, dan Presiden Bank Dunia adalah orang AS, dan saham suara anggota IMF dan Bank Dunia mencerminkan bobot ekonomi pada waktu itu," kata PM Lee, dilansir dari The Business Times, Senin, 18 April 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dia mencatat, saham telah sedikit dimodifikasi dari waktu ke waktu, tetapi hanya sebagian. Jadi, pertanyaannya bukan mengapa Anda ingin memberi pengaruh lebih besar kepada Tiongkok tetapi apa legitimasi sebuah institusi yang diciptakan pada saat keseimbangan ekonomi dunia sangat berbeda dan apa implikasi dari membiarkan hal itu terjadi.
"AS dapat memilih untuk mempertahankan status quo, tetapi Tiongkok kemudian akan mendirikan lembaga mereka sendiri sebagai cara lain untuk terlibat dengan dunia, seperti yang telah dilakukan dengan Bank Investasi Infrastruktur Asia," kata Lee.
"Tetapi mungkin akan lebih baik bagi semua negara untuk beroperasi dalam satu kerangka global. Tapi mungkinkah kita mengatakan, tidak, Anda tidak boleh melakukan itu, itu salah? Orang Tiongkok ingin terlibat, mereka ingin berinvestasi dan berbisnis, negara lain juga ingin berbisnis dengan mereka, ini mekanisme yang dengannya mereka dapat melakukannya," tambah Lee.
PM Lee mengatakan percakapan serupa telah muncul pada 1980-an, ketika dunia memutuskan apakah akan membawa Uni Soviet ke dalam Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan -pendahulu Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Pada saat itu, mengecualikan Uni Soviet dapat dilakukan karena negara tersebut merupakan bagian yang dapat diabaikan dari perdagangan dunia. Tetapi mengecualikan Tiongkok akan lebih rumit karena memiliki pangsa perdagangan dunia yang substansial sekarang," pungkasnya.