OPEC+ adalah aliansi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia. Al-Ghais, mantan Gubernur OPEC Kuwait, mengatakan kepada Alrai, OPEC tidak mengendalikan harga minyak, tetapi mempraktikkan apa yang disebut menyesuaikan pasar dalam hal penawaran dan permintaan.
Ia menggambarkan keadaan pasar minyak saat ini sebagai sangat tidak stabil dan bergejolak. Dia juga menyinggung tentang kenaikan harga minyak baru-baru ini. "Saya masih menekankan kenaikan harga minyak baru-baru ini tidak hanya terkait dengan perkembangan antara Rusia dan Ukraina," ucapnya, dikutip dari The Business Times, Senin, 8 Agustus 2022.
Semua data mengonfirmasi harga mulai naik secara bertahap dan kumulatif serta sebelum pecahnya perkembangan Rusia-Ukraina. "Karena persepsi yang berlaku di pasar ada kekurangan kapasitas produksi cadangan, yang telah menjadi terbatas pada beberapa dan negara terbatas," kata al-Ghais.
Baca: Pasok Pemisah Baterai, SKIET Jalani Kemitraan dengan Vingroup |
Minyak telah melonjak di 2022 ke level tertinggi sejak 2008, naik di atas USD139 per barel pada Maret, setelah AS dan Eropa memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Harga telah turun menjadi sekitar USD108 karena melonjaknya inflasi dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan kekhawatiran resesi yang mengikis permintaan.
"Menurut saya, faktor terpenting adalah kurangnya investasi di bidang pengeboran, eksplorasi, dan produksi yang berkelanjutan. Ini akan mendorong harga ke arah yang lebih tinggi, tetapi kami tidak dapat menentukan level yang akan mereka capai," tutupnya, menjawab pertanyaan tentang faktor-faktor yang akan memengaruhi harga minyak pada akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News