"FFR semula kami perkirakan baru turun pada Desember, tapi ada probabilitas yang semakin besar penurunannya bisa maju ke November,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, dilansir Antara, Rabu, 17 Juli 2024.
Perry menjelaskan inflasi AS pada Juni 2024 lebih rendah dari prakiraan akibat inflasi energi dan perumahan yang menurun.
Sementara itu, imbal hasil (yield) US Treasury 10 tahun masih tetap tinggi lantaran kebutuhan defisit anggaran Pemerintah AS. Kondisi tersebut mendorong prakiraan FRR dapat turun lebih cepat dari proyeksi sebelumnya.
“Kami belum berani mengatakan penurunan akan maju ke September, meski ada pasar yang memperkirakan itu. Tapi yang terkini, ada probabilitas FFR turun di November,” ujar dia.
Baca juga: The Fed Diramal Tahan Suku Bunga pada Juli 2024 |
Rupiah akan terdampak positif
BI optimistis rupiah akan terdampak positif seiring dengan proyeksi tersebut."Pasar biasanya bereaksi sebelumnya, itu global spillover kenapa FFR kami katakan bisa lebih maju, sehingga membuka peluang rupiah lebih menguat dan stabil," ucap dia.
Kendati begitu, ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi serta ketegangan geopolitik yang belum mereda mengakibatkan aliran modal ke negara berkembang relatif terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News