Kuroda membuat pernyataan tersebut saat Bank of England (BoE) pekan lalu menjadi bank sentral di G7 pertama yang memulai kenaikan suku bunga, dan Federal Reserve dan bank sentral Eropa (ECB) telah bergeser dari stimulus moneter.
Aset BoJ telah tumbuh setara dengan 135 persen dari PDB, jauh melebihi 36 persen untuk The Fed dan 66 persen untuk ECB. Kuroda berjanji untuk melakukan kebijakan yang tepat dengan mempertimbangkan kesehatan keuangan.
"Saya tidak berpikir ekspansi aset BoJ akan memengaruhi kemampuan kami untuk menjaga kebijakan moneter dan sistem keuangan tetap stabil," kata Kuroda, dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 21 Desember 2021.
Dengan inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) yang meroket nyaris menyentuh angka tujuh persen dan zona euro mendekati mendekati lima persen, The Fed telah mulai mengurangi dan memutuskan untuk mengakhiri pengetatan kebijakan sekitar Maret mendatang.
"Ada jarak yang cukup jauh dari target inflasi dua persen (di Jepang). Masih terlalu dini untuk mempertimbangkan kebijakan normalisasi. Tidak seperti negara-negara Barat, inflasi sangat rendah dan ekspektasi inflasi tetap sangat rendah. Kami berada dalam fase untuk dengan sabar melanjutkan pelonggaran moneter skala besar," tuturnya.
Kuroda menambahkan penting bagi pemerintah untuk memastikan kepercayaan pasar terhadap kesehatan fiskal Jepang dalam jangka menengah dan panjang, memungkinkan BoJ untuk melakukan kebijakan yang tepat di bawah pembentukan imbal hasil JGB yang stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News