"Tantangan untuk fluktuasi atau fleksibilitas nilai tukar adalah mata uang dapat melampaui atau menyimpang dari fundamental ekonominya," kata Guan Tao, yang juga Kepala Ekonom Global BOC International, dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 14 Desember 2021.
"Pasokan dan permintaan pasar adalah kekuatan dominan yang mendorong reli yuan tahun ini, sementara perluasan pembelian valuta asing domestik dan saluran investasi keluar harus menjadi kunci untuk menstabilkan mata uang," tambahnya.
Yuan Tiongkok telah menjadi salah satu mata uang Asia dengan kinerja terbaik tahun ini, naik sekitar tiga persen terhadap dolar Amerika Serikat (UDS), Dalam istilah tertimbang perdagangan, yuan berada pada level terkuatnya sejak akhir 2015.
"Melonjaknya nilai tukar yuan multilateral telah memicu kekhawatiran atas daya saing," kata Guan.
PBoC
Bank sentral Tiongkok (PBoC) telah mengumumkan kenaikan rasio persyaratan cadangan devisa (RRR) sebesar 200 basis poin (bps) menjadi sembilan persen dari tujuh persen pada 15 Desember, sehingga mengharuskan lembaga keuangan untuk menahan tambahan USD20 miliar dalam cadangan devisa di bank sentral.Kenaikan kedua dalam rasio persyaratan cadangan valuta asing di tahun ini telah meyakinkan beberapa pelaku pasar bahwa pihak berwenang menjadi semakin tidak nyaman dengan apresiasi cepat yuan.
"Keputusan PBoC untuk menaikkan valuta asing deposit RRR telah mengirimkan sinyal yang jelas bahwa ia tidak ingin apresiasi yuan terlalu cepat. Yuan dinilai terlalu tinggi, dan saya pikir yuan yang sangat kuat tidak baik untuk ekspor," pungkas Kepala Ekonom Tiongkok Nomura Lu Ting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News