Ini terjadi karena ekspor turun USD0,3 miliar menjadi USD247,5 miliar, sementara impor turun USD3,1 miliar menjadi USD313,0 miliar. Sementara belanja konsumen yang lebih kuat dari perkiraan telah membantu meningkatkan perdagangan AS, analis mencatat hal ini dapat melemah di masa mendatang.
"Secara keseluruhan, arus perdagangan terus melambat pada kuartal kedua, baik impor maupun ekspor," kata Ekonom Rubeela Farooqi dari High Frequency Economics, dilansir The Business Times, Rabu, 9 Agustus 2023.
"Tren yang lebih lemah dapat berlanjut, karena efek pengetatan kebijakan moneter secara global, yang kemungkinan memperlambat permintaan dan aktivitas ekonomi di dalam dan luar negeri,” tambahnya.
| Baca: Moody's Turunkan Peringkat 10 Bank di AS |
Untuk mengendalikan lonjakan inflasi, bank sentral termasuk Federal Reserve AS telah menaikkan suku bunga dengan cepat untuk mengurangi permintaan konsumen. Pada Juni, impor barang mulai dari komputer hingga perlengkapan industri menurun, data Departemen Perdagangan menunjukkan.
Defisit perdagangan barang dengan Tiongkok turun jadi USD22,8 miliar, karena penurunan impor lebih besar dari ekspor. "Perdagangan bersih adalah faktor ayunan besar dalam pertumbuhan PDB tahun lalu, tetapi kami melihat sedikit tanda ledakan lain dalam defisit perdagangan tahun ini," kata Ekonom Ian Shepherdson dan Kieran Clancy dari Pantheon Macroeconomics.
Perdagangan telah menjadi faktor ayunan sejak wabah covid-19. Kesenjangan perdagangan AS melebar ke rekor tertinggi pada 2022 karena lonjakan impor barang, mulai dari minyak mentah hingga barang konsumsi seperti obat-obatan dan produk rumah tangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
