"Jumlah krisis telah meningkat sejak awal abad ini. Sejak Perang Dunia II kami belum pernah melihat situasi yang serumit ini," kata Profesor Ekonomi Makro Universitas Amsterdam Roel Beetsma, dilansir dari The Business Times, Sabtu, 7 Januari 2023.
Setelah krisis ekonomi yang disebabkan oleh covid-19 pada 2020, harga konsumen mulai naik pada 2021 ketika negara-negara keluar dari penguncian dan pembatasan lainnya. Sedangkan bank sentral bersikeras inflasi yang tinggi hanya akan bersifat sementara karena ekonomi kembali normal.
Tetapi invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari membuat harga energi dan pangan melonjak. Banyak negara sekarang bergulat dengan krisis biaya hidup karena upah tidak mengikuti inflasi sehingga memaksa rumah tangga membuat pilihan sulit dalam pengeluaran mereka.
Baca: Jadi Bank Digital BNI, Direksi dan Komisaris Bank Mayora Dirombak |
Sementara itu, bank sentral telah mengejar ketinggalan dengan mulai menaikkan suku bunga di tahun ini dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang melonjak. Namun upaya itu dengan risiko mendorong negara ke dalam resesi yang dalam, karena biaya pinjaman yang lebih tinggi berarti aktivitas ekonomi lebih lambat.
"Harga konsumen di Kelompok 20 negara maju dan berkembang diperkirakan mencapai delapan persen pada kuartal keempat (2022) sebelum turun menjadi 5,5 persen di 2023," pungkas Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News