Washington: Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyatakan di tahun 2023, ekonomi global masih akan sulit karena perlambatan ekonomi yang dialami oleh negara Amerika, Uni Eropa, dan Tiongkok.
“Tahun baru akan menjadi lebih sulit daripada tahun yang kita tinggalkan. Mengapa? Karena tiga ekonomi besar, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Tiongkok, semuanya melambat secara bersamaan,” katanya mengutip dari Reuters.
Menurutnya, kebijakan pencabutan Zero Covid akan membuat penurunan pada pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu dan berdampak pada kondisi ekonomi secara global.
Mengutip dari Channel News Asia, 2 Januari 2023, Indeks Manajer Pembelian (PMI), ukuran utama manufaktur di negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu mencapai 47 poin. Sedangkan angka tersebut menunjukkan penurunan dari November 2022 sebesar 48 poin.
Zhao Qinghe, ahli Biro Statistik Nasional China (NBS) mengatakan bahwa penurunan ini adalah dampak dari epidemi.
“Epidemi berdampak signifikan pada produksi dan permintaan bisnis, kehadiran staf, logistik, dan distribusi,” ujarnya.
Kendati demikian, IMF memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok sebesar 3,2% atau setara dengan prospek global IMF tahun 2022. Selanjutnya, IMF melihat pertumbuhan tahunan Tiongkok meningkat di tahun 2023 menjadi 4,4%, sedangkan aktivitas global akan melambat.
(Tamara Pramesti Adha Cahyani)
“Tahun baru akan menjadi lebih sulit daripada tahun yang kita tinggalkan. Mengapa? Karena tiga ekonomi besar, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Tiongkok, semuanya melambat secara bersamaan,” katanya mengutip dari Reuters.
Menurutnya, kebijakan pencabutan Zero Covid akan membuat penurunan pada pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu dan berdampak pada kondisi ekonomi secara global.
Baca: Sektor Pertanian dan Industri Sumbang 16,05% PDB Tiongkok |
Mengutip dari Channel News Asia, 2 Januari 2023, Indeks Manajer Pembelian (PMI), ukuran utama manufaktur di negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu mencapai 47 poin. Sedangkan angka tersebut menunjukkan penurunan dari November 2022 sebesar 48 poin.
Zhao Qinghe, ahli Biro Statistik Nasional China (NBS) mengatakan bahwa penurunan ini adalah dampak dari epidemi.
“Epidemi berdampak signifikan pada produksi dan permintaan bisnis, kehadiran staf, logistik, dan distribusi,” ujarnya.
Kendati demikian, IMF memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok sebesar 3,2% atau setara dengan prospek global IMF tahun 2022. Selanjutnya, IMF melihat pertumbuhan tahunan Tiongkok meningkat di tahun 2023 menjadi 4,4%, sedangkan aktivitas global akan melambat.
(Tamara Pramesti Adha Cahyani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News