Ilustrasi. FOTO: RBS
Ilustrasi. FOTO: RBS

McKinsey: Perlu Sinergi Atasi Kesenjangan Pemberdayaan dan Keberlanjutan

Antara • 16 November 2022 14:16
Jakarta: Lembaga riset McKinsey & Company melaporkan pemerintahan dunia dan pelaku bisnis harus bersinergi mengatasi kesenjangan pemberdayaan dan kesenjangan keberlanjutan. Hal itu dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, inklusi, dan keberlanjutan di tingkat global.
 
Mengutip Antara, Rabu, 16 November 2022, laporan berjudul 'Toward a Sustainable, Inclusive, Growing Future: The Role of Business', menyatakan bahwa kedua kesenjangan ini terjadi di seluruh dunia dan tidak kecil, yang mana ukurannya berbeda-beda tergantung negara dan wilayah masing-masing.
 
Adapun ukuran kesenjangan pemberdayaan -dana tambahan yang dibutuhkan rumah tangga di suatu negara tertentu untuk bergabung dengan kelas menengah global- berkisar dari satu persen PDB per tahun di Tiongkok hingga 52 persen di sub-Sahara Afrika.

Kemudian, ukuran kesenjangan keberlanjutan- investasi tambahan dalam aset rendah emisi yang diperlukan suatu negara pada dekade ini untuk mencapai emisi nol-bersih pada 2050- berkisar dari satu persen PDB per tahun di Jepang hingga lima persen di India.
 
"Pertumbuhan yang solid akan diperlukan jika dunia ingin membuat kemajuan dalam mengurangi emisi karbon dan mempromosikan pemberdayaan ekonomi," ujar Partner McKinsey Global Institute Anu Madgavkar.
Baca: Presidensi G20 Luncurkan Global Blended Finance Demi Tutupi Gap Pembiayaan Program SDGs

Madgavkar mengatakan, apabila negara dan berbagai wilayah masih mempertahankan tren pengeluaran saat ini, hanya India dan Tiongkok yang akan mampu mengisi lebih dari setengah kesenjangan pemberdayaan mereka pada 2030, dan tidak ada negara lain yang akan mengisi lebih dari setengah dari kesenjangan keberlanjutan.
 
"Tetapi, pertumbuhan bisnis seperti biasa saja tidak akan memotongnya. Pertumbuhan, inovasi yang dipimpin oleh bisnis, dan dukungan langsung pemerintah diperlukan untuk memenuhi tujuan global untuk inklusi dan keberlanjutan," ujar Madgavkar.
 
Terdapat beberapa upaya yang dapat membantu menutup kesenjangan dengan arah pertumbuhan yang berbeda seperti inovasi berbasis bisnis yang memberikan keterjangkauan barang-barang penting, partisipasi ekonomi yang lebih luas, produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi, serta pemerintah dan filantropi yang menggeser insentif swasta.
 
Lebih lanjut, perusahaan memainkan peran penting dalam mendorong kesuksesan menutup dua kesenjangan ini, karena di negara-negara Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), peran bisnis menyumbang sekitar 70 persen dari PDB, dan merupakan agen inovasi perubahan.
 
Sementara itu, Partner McKinsey di Asia Tenggara Vivek Lath menyampaikan perusahaan sektor swasta akan menjadi pemain utama dalam keharusan akan pertumbuhan baru, di mana pilihan yang dibuat dalam dekade ini akan menentukan capaian tujuan pertumbuhan inklusif yang berkelanjutan pada tahun 2050.
 
"Terkadang masuk akal secara finansial bagi sebuah perusahaan mengambil tindakan yang berani dan independen. Namun tidak jarang juga lebih masuk akal untuk para perusahaan ini membentuk upaya bersama dengan para pemangku kepentingan lainnya. Kerangka kerja ini titik awal membantu perusahaan memikirkan apa yang harus mereka coba," pungkas Lath.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan