"Pandemi telah mengungkapkan betapa rampingnya rantai pasokan. Dan hanya ada sedikit kesalahan," kata Kepala Penelitian Ekuitas Pelabuhan dan Pelayaran Global HSBC Parash Jain, dilansir dari CNBC International, Senin, 31 Januari 2022.
"Pentingnya Tiongkok dalam hal perdagangan global berarti gangguan kecil apapun di Tiongkok akan memiliki efek riak di seluruh rantai pasokan," tambah Jain.
Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia, telah menggandakan strategi nol-covid karena lonjakan infeksi baru-baru ini di seluruh negeri. Kasus-kasus covid telah dilaporkan di kota-kota pelabuhan utama Shenzhen, Tianjin, dan Ningbo, serta pusat industri Xi'an, yang mengakibatkan penguncian dan pembatasan di hub pelabuhan terbesar.
Otoritas kesehatan nasional Tiongkok melaporkan adanya 58 kasus baru covid-19 pada Senin. Komisi Kesehatan Nasional dalam pembaruan hariannya mengatakan 40 kasus baru adalah infeksi lokal, dengan 18 sisanya berasal dari luar negeri.
Meskipun memiliki jumlah kasus yang relatif rendah dibandingkan dengan banyak tempat lain di Asia, namun Beijing tetap berpegang pada pendekatan nol-covid. Menurut Our World in Data, Tiongkok memiliki rata-rata bergulir tujuh hari 0,04 kasus harian per juta orang pada 30 Januari ketimbang 568,8 untuk Jepang, 290,41 untuk Korea Selatan, dan 180,35 untuk India.
Memiliki infrastruktur yang siap
Jain mengatakan Tiongkok memiliki infrastruktur yang siap untuk mengurangi kemacetan apakah itu di pelabuhan atau di sisi rantai pasokan. Namun, kekacauan yang tercipta karena hal ini pada akhirnya akan berdampak pada sisi lain lautan."Itu lah sebabnya, selama Tiongkok mempertahankan sikap nol-covid yang sangat ketat ini, kami tidak dapat mengesampingkan gangguan dari waktu ke waktu seiring berjalannya tahun," tuturnya.
Sejak pandemi dimulai pada awal 2020, Beijing telah mempertahankan kebijakan tanpa toleransi terhadap covid, terkadang menutup seluruh pabrik atau pelabuhan sebagai akibat dari satu kasus. Ini juga memerlukan karantina yang ketat dan pembatasan perjalanan -baik di dalam kota maupun dengan negara lain- untuk mengendalikan wabah.
Pembatasan yang ditujukan untuk menahan covid-19 telah berdampak pada operasi manufaktur dan pengiriman secara global, sehingga memperburuk krisis rantai pasokan. Ada kekhawatiran baru bahwa varian Omicron yang sangat menular juga dapat memberikan pukulan lain bagi industri perkapalan.
"Sebagai akibat dari pandemi, beberapa jalur pelayaran peti kemas besar berusaha untuk menguasai seluruh rantai pasokan. Ada investasi di logistik sisi darat. Ada investasi di sisi terminal. Tapi, saya pikir beberapa infrastruktur itu, khususnya, di pasar negara maju, sudah lama tertunda," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News