Ilustrasi. FOTO: AFP
Ilustrasi. FOTO: AFP

Meningkatnya Permintaan Jadi Penyulut Harga Minyak Naik

Fetry Wuryasti • 27 Desember 2021 12:55
New York: Pergerakan harga minyak perlahan naik sejak penurunan sebesar 26,74 persen dari harga tertingginya pada 25 Oktober 2021. Dalam pekan ini harga minyak mengalami apresiasi sebesar 4,79 persen dari USD70,35 per barel menjadi USD73,72 per barel.
 
Mengutip Mediaindonesia.com, Senin, 27 Desember 2021, penurunan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) dinilai memberikan tekanan pada kekhawatiran terkait over supply. Produksi minyak saat ini meningkat seiring dengan naiknya permintaan.
 
"Pergerakan dari harga minyak saat ini diselimuti oleh ketidakpastian terkait pemulihan ekonomi di mana penyebaran varian Omicron dan juga naiknya inflasi yang lebih cepat turut memberikan tekanan pada laju harga minyak," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus.

Beberapa indikator terkait melemahnya konsumsi di Asia dan struktur pasar minyak mentah yang melemah cukup signifikan menunjukkan adanya potensi kelebihan pasokan dalam jangka waktu dekat. Sementara itu, persediaan gasolin naik 3,7 juta barel pada pekan lalu dan penyimpanan minyak mentah utama di Cushing, AS naik 1,27 juta barel.
 
Adapun pasokan sulingan menurun. Krisis energi Eropa semakin dalam saat Omicron menyebar ke seluruh kawasan, membuat prospek ekonomi semakin suram. Krisis diesel di Eropa menambah dengan kesulitan mengakses penyulingan Pantai Teluk Amerika yang memprioritaskan permintaan domestik dan pembeli di Amerika Latin.
 
Krisis dari energi tentu menjadi perhatian dari pelaku pasar di mana Indonesia yang merupakan bagian dari negara importir yang tentunya dapat terkena dampak dari kenaikan harga minyak tersebut. Tren harga minyak yang terus meningkat tentunya akan memiliki dampak terhadap anggaran negara.
 
Mengacu pada Nota Keuangan 2022, sebenarnya Indonesia mendapatkan dampak positif dari meningkatnya harga minyak dunia yakni potensi meningkatnya surplus anggaran seiring dengan naiknya pendapatan yang berasal dari sektor migas.
 
Menurut analisis sensitivitas dalam APBN 2022, setiap kenaikan Indonesia Crude Price (ICP) sebesar USD1 per barel berpotensi akan meningkatkan surplus anggaran sebesar Rp0,4 triliun. Akan tetapi, risiko anggaran tetap ada, mengingat kebijakan harga BBM maupun listrik yang dipertahankan tetap hingga saat ini.
 
Dengan demikian, harga BBM yang dikontrol ketat oleh pemerintah, sedangkan harga minyak terus merangkak naik berpotensi menekan kinerja keuangan Pertamina dan PLN yang merupakan BUMN atau quasi government.
 
"Kami memperkirakan hingga semester I-2022, harga minyak dunia masih berpotensi tetap tinggi sejalan dengan naiknya permintaan karena perbaikan ekonomi global," pungkas Nico.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan