Thailand. Foto: Unsplash.
Thailand. Foto: Unsplash.

Penjualan Lesu, Kelompok Produsen Kendaraan Listrik Minta Perpanjangan Insentif

Arif Wicaksono • 11 September 2024 22:50
Bangkok: Lemahnya penjualan kendaraan listrik membuat kelompok produsen utama Thailand, yang terdiri dari perusahaan besar Tiongkok dan Jepang, berupaya memperpanjang batas waktu produksi yang ditetapkan dalam skema insentif pemerintah.
 
Baca juga: Pengusaha Thailand Dapat Bocoran soal Peluang Pasar Produk Halal di Indonesia

Skema ini membantu menarik investasi lebih dari USD1,44 miliar dalam fasilitas produksi baru dari produsen mobil listrik Tiongkok , seperti BYD Motors dan Great Wall Motor, menjadikan Thailand pusat regional dalam memproduksi kendaraan listrik (EV).
 
Namun karena penjualan menurun, sebagian karena bank-bank Thailand telah memperketat persyaratan pinjaman, Asosiasi Kendaraan Listrik Thailand (EVAT) meminta pemerintah lebih banyak waktu untuk memenuhi target dalam skema insentif utama yang mendukung industri tersebut.
 
"Kami tengah berupaya bernegosiasi, memperpanjang sedikit tanggal produksi," kata Presiden Grup tersebut, Suroj Sangsnit, dilansir Channel News Asia, Rabu, 11 September 2024.

"Syaratnya kami harus berproduksi dalam waktu satu tahun, jadi bisakah kami meminta tambahan satu tahun lagi?" imbuh Suroj.
 
Rencana EV 3.0, demikian namanya, mengharuskan perusahaan yang menerima keringanan pajak dan dukungan lainnya untuk memproduksi di Thailand tahun ini jumlah kendaraan yang sama dengan yang mereka impor antara 2022 dan 2023.
 
Hilangnya tenggat waktu akan membuat mereka menghadapi tugas yang lebih berat tahun depan, karena skema tersebut mengikat mereka untuk memproduksi 1,5 mobil untuk setiap kendaraan yang diimpor.
 
"Perusahaan-perusahaan besar Tiongkok yang mendorong perubahan tersebut termasuk BYD, MG Motor, yang dimiliki oleh SAIC Motor Corp, dan Great Wall Motor," kata Suroj.
 
Mencari konsesi adalah salah satu taktik dalam dorongan yang lebih luas oleh industri EV untuk mengelola penjualan yang lebih rendah dari yang diharapkan, sebagai bagian dari pertemuan mereka dengan pejabat bank sentral Thailand tahun ini.

Memacu produksi tahunan

Thailand telah lama menjadi pusat pembuatan mobil dan ekspor, didominasi oleh merek Jepang seperti Toyota Motor dan Honda Motor, yang juga merupakan anggota EVAT.
 
Insentif pemerintah untuk produksi kendaraan listrik bertujuan untuk memacu konversi 30 persen dari produksi tahunan sekitar dua juta kendaraan menjadi kendaraan listrik pada 2030.
 
"Penjualan kendaraan listrik baru tahun ini mencapai 43 ribu dan kemungkinan besar akan gagal mencapai target EVAT sebesar 100 ribu," tambah Suroj.
 
Hal ini mencerminkan kelemahan yang lebih luas dalam industri otomotif Thailand, dengan produksi mobil terkontraksi 17,28 persen dalam tujuh bulan pertama 2024 dari tahun sebelumnya hingga mencapai 886.069.

Lemahnya penjualan

Suroj mengatakan, bank ragu untuk mengeluarkan pinjaman EV karena diskon besar yang memukul harga aset. "Tingginya utang rumah tangga memperketat kredit, yang akan mempersulit penjualan," tambah dia.
 
Sebagai bagian di antara yang tertinggi di Asia, rata-rata utang rumah tangga Thailand telah meningkat hingga mencapai rekor, akibat pertumbuhan ekonomi yang lambat, pendapatan yang lebih rendah, dan biaya hidup yang tinggi.
 
Selama pertemuannya dengan Bank Thailand pada Juni, yang rinciannya belum dipublikasikan, EVAT mendesak bank-bank negara untuk menyediakan lebih banyak pinjaman mobil.
 
"Salah satu hasil pertemuan itu adalah (bank) dapat menghitung pendapatan sebagai keluarga atau rumah tangga saat mempertimbangkan pinjaman," kata Wakil Presiden EVAT Siamnat Panassorn.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan