Pada pertemuan 27-28 Oktober, dewan beranggotakan sembilan orang memperdebatkan dampak melemahnya yen terhadap ekonomi Jepang, dan satu anggota mencatat bahwa mereka harus mengingat dampak mata uang yang tidak merata tergantung pada sektor dan ukuran bisnis.
"Beberapa anggota mengatakan efek dari melemahnya yen yang mendorong ekspor telah melemah dari sebelumnya, tetapi mereka memberikan dampak positif pada ekonomi Jepang secara keseluruhan melalui peningkatan keuntungan bisnis di luar negeri dan harga saham," risalah menunjukkan, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 23 Desember 2021.
Anggota lain mengatakan pelemahan yen mencerminkan perbedaan inflasi dan sikap kebijakan moneter di masing-masing negara, sehingga berbagai saluran harus diperiksa seperti ekonomi riil dan pasar keuangan.
Anggota dewan sepakat mereka tidak akan ragu untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran tambahan yang diperlukan, sambil mengamati efek dari pandemi covid-19. Pada pertemuan Oktober, BoJ mempertahankan target suku bunga jangka pendek di minus 0,1 persen dan imbal hasil obligasi 10-tahun sekitar nol persen pada tinjauan suku bunga dua hari.
Dolar telah bergerak dalam kisaran sempit sekitar 113-114 yen setelah mencapai level tertinggi empat tahun di 114,585 yen pada 20 Oktober, mendorong pemerintah untuk menyerukan mata uang harus stabil.
Pekan lalu, BoJ menarik kembali pendanaan pandemi darurat tetapi mempertahankan kebijakan ultra-longgar dan memperpanjang bantuan keuangan untuk perusahaan kecil. BoJ mempertahankan pandangannya bahwa ekonomi Jepang meningkat sebagai tren, tetapi memperingatkan perkembangan seputar pandemi dan kendala pasokan mengaburkan prospek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News