Itu akan menandai dua kuartal berturut-turut kontraksi, definisi resesi yang umum digunakan. "Masa-masa sulit bagi ekonomi Inggris," kata Wakil Direktur Makroekonomi NIESR Stephen Millard, yang juga mantan Ekonom Bank of England, seperti dikutip dari The Business Times, Kamis, 12 Mei 2022.
NIESR mengatakan penurunan tidak akan dihitung sebagai resesi pada definisi yang disukai -mirip dengan yang digunakan oleh Biro Riset Ekonomi Nasional Amerika Serikat- yang membutuhkan kontraksi yang lebih berkelanjutan.
Pekan lalu, Bank of England (BoE) memperkirakan ekonomi Inggris akan menyusut hingga satu persen pada kuartal terakhir tahun ini dan juga berkontraksi selama 2023 secara keseluruhan –tetapi tidak akan menyusut selama dua kuartal berturut-turut.
NIESR memperkirakan invasi Rusia ke Ukraina akan menurunkan 1,1 persen atau USD1,5 triliun dari produksi ekonomi dunia tahun ini –kira-kira setara dengan ekonomi sebesar Australia. NIESR memangkas perkiraan pertumbuhan Inggris untuk 2022 menjadi 3,5 persen dari 4,8 persen, dan menurunkan perkiraan 2023 menjadi 0,8 persen dari 1,3 persen.
"Meskipun ini lebih kuat dari perkiraan BoE yang memperkirakan kontraksi 0,25 persen pada 2023," tuturnya.
Inflasi harga konsumen kemungkinan mencapai puncaknya pada 8,3 persen, lebih rendah dari perkiraan BoE yang sebesar 10 persen karena NIESR tidak memperkirakan harga energi akan naik sebanyak BoE. Ini juga melihat peredam yang lebih besar pada inflasi dari penurunan produksi dan meningkatnya pengangguran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News